Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak : "AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!." Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah."AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."
Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : "Siapa kamu?" Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?" dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: "Saya mengagumimu!" dan suara itupun kembali : "Saya mengagumimu!."
Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : "Penakut" Dia masih menerima jawaban yang sama, "Penakut!."
Dia menatap ayahnya dan bertanya : "Apa yang sedang terjadi?" Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : "Sayang, perhatikan." Kembali ayah akan berteriak : "Kamu Juara." Diapun menerima jawaban yang sama : "Kamu Juara."
Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup.
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.
Jika kamu ingin lebih banyak cinta dalam dunia, maka ciptakanlah Cinta dalam Hatimu.
Jika Kamu ingin lebih berkemampuan dalam timmu, maka tingkatkanlah kemampuanmu.
"Hidup akan memberikan kembali kepadamu, apa yang telah kamu berikan kepadanya. Dalam segala hal."
....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 29 Juli 2014
Senin, 28 Juli 2014
MENGALIR SEPERTI AIR
Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati." Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita. "Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." kata sang Guru.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." Pria itu menolak tawaran sang Guru. "Jadi kamu ti....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Minggu, 27 Juli 2014
PENGUSAHA YANG GAGAL
Seorang salesman yang masih muda dan belum bermakan garam di bidang usaha merasa amat berputus asa setelah usahanya mengalami kegagalan total. Ia sudah berjuang penuh antusias sebagaimana layaknya seorang muda yang masih penuh semangat. Namun usahanya yang pertama kini harus berakhir dengan kepahitan.
Suatu hari ia datang menghadap managernya dan menceritakan kepedihannya. Ia katakan bahwa ia sudah berusaha keras, namun kegagalanlah yang harus ia telan. Di sela-sela percakapannya, ia bergumam seakan kepada dirinya sendiri; “Pengalaman ini seakan membuktikan bahwa kita hanya bisa menggiring seekor kuda menuju sebuah anak sungai, namun kita tak dapat memaksanya minum air sungai tersebut.”
Mendengar kata-kata itu, sang manager berkata; “Anakku, dengarkan kata-kataku: Tugasmu bukanlah memaksa kuda itu untuk minum. Tugasmu adalah membuatnya merasa haus. Dalam dunia usaha, tugasmu bukanlah memaksa konsumer membeli barang daganganmu, tetapi membuat mereka merasa butuh akan barang yang sedang kau jual.”Anak muda itu mengangguk pertanda bahwa ia kini paham.
....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Sabtu, 26 Juli 2014
HARTA WARISAN
Dua bersaudara dari keluarga yang berkecukupan. Setelah kematian kedua orang tuanya, mereka kini harus membagi harta warisan yang ditinggalkan. Namun setelah harta tersebut dibagikan, kedua bersaudara ini tidak pernah hidup rukun dan damai. Sang kakak menuding bahwa adiknya mewarisi lebih banyak dari yang dimilikinya. Sang adik juga menuding hal yang sama terhadap kakaknya, bahwa sang kakak memiliki harta warisan lebih banyak dari yang diwarisinya. Keduanya saling menuding bahwa pembagian harta tersebut tidaklah adil dan seimbang.
Mereka sudah melewati berbagai proses hukum, namun tetap saja persoalan mereka tak dapat diatasi secara memuaskan. Semua nasihat tak pernah berhasil. Semua keputusan seakan tawar. Keduanya tak dapat menerima semua nasihat dan keputusan yang diberikan.
Setelah mencari dan mencari akhirnya mereka menemukan seorang guru yang bijak. Kedua bersaudara tersebut datang ke hadapannya dengan harapan bahwa duri yang selama ini menusuk daging dan menghancurkan hubungan persaudaraan mereka dapat dikeluarkan.
Sang bijak bertanya kepada sang kakak; "Anda yakin bahwa harta yang dimiliki adikmu melebihi warisan yang engkau terima?" Sang kakak dengan penuh yakin menjawab; "Sungguh demikian!" Sang bijak lalu berpaling kepada sang adik dan mengulangi pertanyaan yang sama; "Anda yakin bahwa kakakmu mewarisi harta peninggalan orang tua lebih dari pada yang anda peroleh?" Dengan keyakinan yang sama sang adik menjawab; "Ya demikianlah!"
Sang bijak lalu memberikan sebua....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
KISAH SEBUAH POHON APEL
Suatu ketika, hiduplah sebuah pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang . "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Senin, 21 Juli 2014
POHON, DAUN DAN ANGIN
DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal ?
POHON
Orang2 memanggilku "POHON" karena aku sangat baik dalam menggambar pohon.
AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku.
AKU telah berpacaran sebanyak 5 kali...
Ada satu wanita yang sangat AKU cintai..tapi AKU tidak punya keberanian untuk mengatakannya. ..
Dia tidak cantik..tidak memiliki tubuh yang sexy..
Dia sangat peduli dengan orang lain..religius tapi..dia hanya wanita biasa saja.
AKU menyukainya. .sangat menyukainya. .
Gayanya yang innocent dan apa adanya..kemandirian nya..kepandaiann ya dan kekuatannya. ..
Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena...
AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku...
AKU takut...jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang...
AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya. ..
AKU merasa dia adalah "sahabatku". ..
AKU akan memilikinya tiada batasnya...tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia...
Alasan yang terakhir..membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini...
Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah membuatnya menangis selama 3 tahun...
Ketika AKU mencium pacarku yang ke-2 terlihat olehnya...
Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah..."lanjutkan saja" katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, matanya bengkak..dan merah...
AKU sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis...
but AKU tertawa....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
WARUNG MAKAN
Seorang Kakek dan Nenek turun dari sebuah bus antar kota di sebuah terminal. Mereka telah menempuh perjalanan dari perjalanan wisatanya di luar negeri. Setelah turun dari pesawat, Kakek dan Nenek tersebut lalu menumpang bus yang telah mereka naiki ini.
Mereka memang berencana untuk langsung menuju kota dimana anak dan cucunya tinggal. Kakek dan Nenek tersebut ingin membagikan oleh-oleh yang mereka dapat dari liburan panjang di masa tuanya.
Dengan membawa barang bawaannya, mereka lalu berjalan menuju sebuah warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.
Kakek dan Nenek itu duduk bersandar di kursi kosong di warung. “Uuhh, sampai juga akhirnya..” Kakek itu menghela nafas. “Empat jam di dalam bus membuat kaki tuaku ini terasa kaku.”
Warung makan itu lumayan besar, dengan jumlah kursi sekitar 30-an buah. Terlihat para pelayannya hiruk pikuk membersihkan meja-meja. Warung itu memang cukup ramai, sekitar tiga per empat jumlah kursinya telah terisi oleh orang-orang yang menikmati makan siangnya. Kakek dan Nenek itu dengan sabar menunggu pelayan menghampiri untuk menanyakan apa pesanannya.
Setelah lebih dari 20 menit, ternyata tak ada satu pelayan pun yang menghampiri mereka. Para pelayan selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Kakek itu lalu memberanikan diri untuk memanggil salah satu pelayan restoran itu.
“mBak, aku mau pesan makanan !” serunya. Dan seruannya itu terdengar oleh salah satu pelayan - yang kemudian ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Jumat, 18 Juli 2014
SEPEDA BALAP
Ada seorang pemuda. Dia tertarik dengan balap sepeda. Setelah mengumpulkan uang, akhirnya dia mampu membeli sebuah sepeda balap.
Dengan senang hati, dia mencoba sepeda balap tersebut. Setelah beberapa hari mencoba, dia kecewa berat. Dia tidak bisa mengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi. Bagaimana pun dia mengayuh, tetap saja sepeda berjalan dengan lambat. Akhirnya dia membawa sepeda tersebut ke tempat dimana dia membelinya.
“Pak, Anda menipu saya! Katanya ini sepeda balap, koq larinya lambat banget. Bahkan kalah oleh sepeda biasa.” katanya sambil marah-marah kepada penjual sepeda.
“Yang benar pak? Padahal pembalap nasional saja menggunakan sepeda seperti ini. Mereka bisa cepat koq?” kata penjual sepeda, keheranan.
“Buktinya? Saya sudah sekuat tenaga mengayuh, tetap saja lambat.” katanya menaikan nada suaranya.
“Mungkin ada yang rusak pak. Boleh saya periksa?” tanya penjual sepeda tetap tenang.
Kemudian dia memeriksa sepeda. Setelah beberapa saat dia berkata:
“Tidak ada yang rusak pak, kondisinya 100% .”
“Tapi.. kenyataannya? Sepeda itu lambat! Coba saja sendiri jika tidak percaya.” kata pemuda tersebut tetap pada nada tinggi.
“Baik pak, akan kami coba.” kata penjual sepeda sambil memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mencoba sepeda tersebut.
Wussss…. setelah beberapa saat, sepeda itu melaju dengan kencangnya. Jelas saja membuat pemuda tadi bengong.
“Koq bisa yah?”, kata pemuda tadi bingung.
“Silahkan dicoba lagi. Saya....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Minggu, 13 Juli 2014
HATI NURANI SANG PENCURI
Pada suatu malam, seorang pencuri menyelinap ke sebuah rumah yang di huni oleh seorang nyonya tua, yang saat itu sedang duduk di samping meja. Sungguh beruntung sekali, pikir si pencuri. Tiba-tiba terdengar tangisan nyonya tua itu dengan tersedu-sedu, lalu mengambil sebuah gunting dan mengarahkannya ke leher.
"Ah.....! tidak boleh!" teriak si pencuri. Tanpa sadar ia berlaku sebagai pencuri, dia menerobos ke dalam rumah dan merampas gunting dari tangan nyonya itu.
"Biarkan aku mati...," ronta nyonya tua itu.
"Masalah apa yang terjadi? Bicarakan padaku, Untuk apa memilih jalan pintas?"
Ternyata Nyonya tua itu baru saja ditinggalkan suaminya. Anak dan menantu tidak berbakti, ditambah lagi menderita sakit hingga merasakan hidup ini tidak berarti lagi. Setelah dinasehati panjang lebar, niat untuk bunuh diri tadi perlahan-lahan hilang. Setelah ramai sejenak, para tetangga mengalihkan perhatian pada si pencuri tadi.
"Terima kasih,Tuan ! Tanpa pertolongan anda, tragedi malam ini tentu akan terjadi", cetus mereka.
"Kalian terlalu sungkan. Saya menolong nyonya ini adalah suatu reaksi spontan, sungguh tak pantas di puji",jawab si maling.
"Tuan, apakah marga anda?"
"Saya bermarga Tan."
Setelah berbasa-basi sebentar,tiba2 salah seorang di antara mereka berkata : "Oh ya! Ada satu hal yang perlu kita ketahui". kemudian matanya melirik kepada si maling.
"Tuan Tan, bagaimana engkau bisa sampai di sini dan menyelamatkan nyonya tua ini? Dari mana anda masuk?"
Si maling menjadi pusat ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Jumat, 11 Juli 2014
LAYANG-LAYANG
Sebuah layang-layang yang baru saja selesai dibuat. Pemiliknya membawa ia ke lapangan terbuka. Secara perlahan-lahan layang-layang itu menemukan dirinya terbang semakin lama semakin tinggi.
Ketika ia mengangkat wajahnya menengadah ke langit, ia berteriak gembira; 'Wuaahhh, langit yang biru. Aku akan terbang tinggi sampai ke ujung sana.'
Namun tiba-tiba ia merasa bahwa perjanannya kini agak tersendat dan menjadi berat. Ia tidak bisa bergerak lebih tinggi dan tak mampu maju lebih jauh lagi. Ketika ia menundukkan kepalanya, barulah ia tahu kalau pemiliknya memegang kuat ujung benang. Benang itulah yang membuatnya tak bisa terbang tinggi.
Layang-layang itu menjadi amat marah. 'Mengapa ia tidak melepaskan aku?? Bila aku dilepaskan secara bebas, aku pasti akan terbang lebih tinggi menembusi awan-awan yang ada jauh di atas sana.' Demikian layang-layang itu berontak.
Tiba-tiba tali benang itu terputus. Dan Ternyata bukan kenikmatanlah yang dia peroleh. Sebaliknya, ia kini jungkir balik terbang tak teratur dibawa angin. Angin kencang datang menghembus, dan ia jatuh tersangkut di atas sebatang pohon. Rangka-rangkanya patah. Kertas-kertasnya sobek. Ia kini menjadi seonggok sampah yang tak berbentuk.
Pada saat seseorang berkata bahwa ia hebat dan kuat, saat itu merupakan awal kehancurannya.
....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Rabu, 09 Juli 2014
HARGA SEBUAH MUJIZAT
Sally baru berumur 8 thn ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.
Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya sekarang. Sally masuk kekamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah hitung.
Dia memasukkan uang koin tsb kedalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil.
Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. "Apa yang kau mau?" tanya si apoteker dengan keras.
"Saya sedang berbicara dengan saudara saya."
"Baik, saya ingin berbicara ttg kakak saya," Sally menjawab dengan nada yang sama "Dia sakit, dan saya ingin membeli suatu mujizat."
"Maaf, apa yang kamu katakan ?," kata si apoteker.
"Ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya, nah sekarang berapa harga mujizat itu ?"
"Kami tidak menjual mujizat disin....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Categories
ARTIKEL MOTIVASI
Jumat, 04 Juli 2014
MAKALAH SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN
Pengaruh
Risiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Badan-Badan Usaha yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta pada Tahun 1999
PENDAHULUAN
Pada
umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko.
Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi
yang dilakukan. Dalam keadaan semacam itu dikatakan bahwa investor tersebut
menghadapi resiko dalam investasi yang dilakukannya. Yang bisa ia lakukan
adalah memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan
seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari
hasil yang diharapkan. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang
beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan
yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi juga.
Pada
investasi dalam bentuk saham di pasar modal, tingkat pengembalian setiap saham
dapat tidak sama karena besarnya dividen
kas dan keuntungan atau kerugian dalam menjual setiap saham berbeda. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan
secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat pengembalian yang
diharapkannya, berapa besar resiko yang harus ditanggungnya dan berapa
kelikuiditas investasi tersebut.
Pada
dasarnya investor akan selalu memperhitungkan besarnya resiko saham, dalam hal
ini resiko saham yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi oleh investor
adalah resiko sistematis sebagai variabel penentu tingkat pengembalian saham
yang diharapkannya, karena resiko saham yang tinggi akan memberikan tingkat
pengembalian saham yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Namun sebenarnya ada
variabel penentu lain yang juga akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham,
yaitu likuiditas saham yang dapat diukur dengan menggunakan bid-ask spread.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Menurut
Bodie (1998) pengertian tingkat pengembalian investasi adalah penghasilan yang
diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan.
Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase
penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi
tersebut. Apabila harga jual suatu sekuritas melebihi harga belinya maka
terjadilah capital gain. Demikian sebaliknya, apabila harga jual lebih
kecil daripada harga beli maka terjadilah
capital loss. Dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh investor dari
saham merupakan pendapatan yang tidak tetap baik itu pendapatan yang berasal dari
capital gain maupun dividen. Dikatakan tidak tetap karena jumlah capital gain
yang diperoleh bergantung pada transaksi jual beli yang terjadi di pasar,
sedangkan besarnya dividen yang dibagikan dipengaruhi oleh laba dan kebijakan
badan usaha.
Selanjutnya
Bodie (1998) menguraikan bahwa selisih antara tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan tingkat bebas resiko (risk free rate) yang dikenal
dengan risk premium dapat berubah-ubah
karena pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi risk free rate. Apabila risk
free rate berubah maka risk premium juga akan berubah. Variabel-variabel yang
mempengaruhi risk premium inilah yang nantinya dikenal sebagai resiko investasi.
Sharpe,
Alexander dan Bailey (1999) menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan
dari suatu saham akan dipengaruhi oleh dua
karakter dasar, yaitu resiko sistematis dan likuiditas saham. Risiko sistematis
(Hearth dan Zaima, 1995) merupakan resiko yang berasal dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi ekonomi
(gejolak kurs tukar mata uang, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang
tidak menentu) dan ketidakpastian politik. Hal ini berarti kinerja saham suatu
badan usaha dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam perekonomian negara dan
perubahan pasar. Dengan kata lain, tingkat pengembalian saham dipengaruhi oleh
perubahan faktor-faktor di luar kendali manajemen suatu badan usaha, dan setiap
saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kondisi pasar tersebut.
Jadi
satu-satunya resiko yang relevan dan mencerminkan resiko dalam investasi surat berharga adalah resiko yang tidak bisa
dieliminasi, yaitu resiko sistematis yang dilambangkan dengan symbol beta (b).
Secara teoritis, ukuran resiko relevan (resiko sistematis) yang paling tepat
untuk surat berharga adalah kovarian
surat berharga tersebut terhadap surat-surat berharga lain yang termasuk dalam
portfolio pasar. Rumusan resiko sistematis menurut Bodie (1998) sebagai
berikut:
Covar
(Rj,Rm)
bj =
Var
(Rm)
dimana:
bj
= risiko sistematis
Covar
(Rj,Rm) = kovarian tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar
Var
(Rm) = varian tingkat pengembalian pasar
dimana:
E(ri) : tingkat pengembalian saham yg diharapkan
rf : tingkat bebas risiko
bi
:risiko sistematis
E(rm)
: tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
f
(ci) : fungsi dari biaya transaksi
HIPOTESA
Berdasarkan
uraian di atas, dengan model regresi diduga terdapat hubungan yang signifikan
antara risiko sistematis dan likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid–ask
spread terhadap tingkat pengembalian saham. Dari perhitungan awal terhadap lima sampel, diduga bahwa korelasi antara
risiko sistematis dengan tingkat pengembalian saham lebih besar daripada
korelasi antara likuiditas saham dengan tingkat pengembalian saham.
METODE
PENELITIAN DAN DATA
Penelitian
ini merupakan penelitian riset konklusif yang bersifat deskriptif dengan populasi
penelitian meliputi seluruh saham badan usaha
yang go public di PT BEJ. Kriteria sampel adalah saham badan-badan usaha
yang secara konsisten tergolong dalam LQ 45 sebagai saham yang teraktif di PT
BEJ selama periode Januari–Desember 1999.Metode sampling digunakan non-probability sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling yang menghasilkan sample sebanyak 33 sampel. Data yang diperlukan merupakan data sekunder yang tersedia di PT
BEJ berupa daftar harga saham resmi harian yang telah disesuaikan
(adjusted price), data IHSG harian, data
SBI bulanan selama periode Januari-Desember 1999, data bid-price harian dan
data ask-price harian. Untuk pengumpulan dan perhitungan data secara bulanan, jumlah
hari akan disesuaikan dengan jumlah hari perdagangan PT BEJ, jadi dalam setiap bulan
jumlah hari bisa tidak sama.
PENGUKURAN
KONSEP
Aras
pengukuran konsep yang digunakan dalam penelitian ini merupakan aras rasio dengan
pola hubungan sebab-akibat, dimana terdapat dua jenis variabel, yaitu variable tidak
bebas dan variabel bebas. Variabel tidak bebas (y) adalah rata-rata tingkat pengembalian
saham bulanan, sedangkan variabel bebas pertama (x1) adalah rata-ratarisiko
sistematis bulanan, dan variabel bebas kedua (x2) adalah rata-rata likiduitas
saham bulanan yang diukur dengan besarnya bid-ask spread.
Pengolahan
data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear dengan bantuan Microsoft
Excel. Penerapan uji regresi linear bertujuan untuk:
1. Melakukan prediksi terhadap nilai tingkat
pengembalian saham. Model persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y
= a + b x1 + c x2
dimana:
y
=rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan
a =konstanta
b =koefisien regresi pertama
c =koefisien regresi kedua
x1=rata-rata
risiko sistematis bulanan
x2=rata-rata
likuiditas saham bulanan
Dari
rumus di atas dapat diketahui pengaruh positif atau negatif dari resiko
sistematis
dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham.
2. Melihat seberapa besar proporsi resiko
sistematis dan likuiditas saham dalam
mempengaruhi
tingkat pengembalian saham. Untuk itu digunakan koefisien korelasi berganda
yang akan mengukur keeratan hubungan
(korelasi) antara tingkat pengembalian saham dengan resiko sistematis dan
likuiditas saham. Kemudian dilanjutkan dengan koefisien determinasi (R2) yang
menunjukkan besarnya persentase sumbangan resiko sistematis dan likuiditas
saham terhadap variasi naik turunnya tingkat pengembalian saham. Pada pengolahan
data ini digunakan software SPSS 10.0 for Windows.
3. Menguji kebenaran pengaruh resiko sistematis
dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham. Dilakukan dua
pengujian: (1) pengujian koefisien
regresi secara individual dengan uji t dua arah, dan (2) pengujian koefisien
regresi secara bersama-sama dengan uji F.
PERHITUNGAN
TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM, RISIKO SISTEMATIS, DAN BID - ASK SPREAD
Besarnya
tingkat pengembalian saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
Karena
dalam penelitian ini digunakan tingkat pengembalian saham diatas tingkat suku
bunga bebas risiko (excess return), maka hasil perhitungan tingkat
pengembalian saham diatas harus
dikurangkan dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (SBI)
sesuai dengan kurun waktunya. Hasil perhitungan excess return dari tiga puluh
tiga sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat pada Tabel 1.
Nilai
resiko sistematis dapat dihitung dengan rumus (b). Untuk mendapatkan nilai risiko
sistematis terlebih dahulu perlu dihitung tingkat pengembalian saham harian dan
tingkat pengembalian pasar harian yang telah dikurangkan dengan tingkat suku
bunga yang bebas resiko. Hasil tersebut masing-masing kemudian dikurangkan dengan
rata-rata hariannya sehingga akan diperoleh deviation stocks dan deviation
market secara harian pula yang akan dikuadratkan untuk memperoleh squared
deviation untuk saham dan pasar dan dihitung rata-rata hariannya selama satu
bulan. Langkah selanjutnya adalah mengalikan deviation stocks harian
dengan deviation market harian untuk
memperoleh product of deviation secara harian yang juga akan dihitung rata-rata
hariannya selama satu bulan.
Tahap
terakhir adalah membagi kovarian tingkat pengembalian saham terhadap tingkat
pengembalian pasar (diperoleh dari pembagian jumlah hari perdagangan dalam sebulan
dengan jumlah hari perdagangan dalam sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan
dengan rata-rata harian dari product of
deviation) dengan varian tingkat pengembalian pasar (diperoleh dari pembagian
jumlah hari perdagangan dalam sebulan dengan jumlah hari perdagangan dalam
sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan dengan rata-rata harian squared
deviation dari pasar). Hasil perhitungan resiko sistematis dari tiga puluh tiga
sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat pada Tabel 2.
Besarnya
bid–ask spread suatu saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2). Langkah
selanjutnya adalah mencari rata-rata bid–ask
spread harian dan bulanan untuk masing-masing saham. Perhitungan bid–ask spread
dari tiga puluh tiga sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat
pada Tabel 3.
HASIL
UJI REGRESI: MEMPREDIKSIKAN NILAI TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
Dengan
regresi berganda diperoleh model yang memprediksikan tingkat pengembalian saham
dengan variabel bebas risiko sistematis (x1)
dan liqiditas saham (x2) sebagai berikut:
y = -
0,299 +
0,422 x1 + 0,028 x 2
Dari
persamaan diatas terlihat rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata
bid–ask spread bulanan berpengaruh positif terhadap rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan. Jadi tingkat risiko sistematis dan bid–ask spread yang tinggi mempunyai kecenderungan
menyebabkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor juga akan
tinggi. Dari kedua variable tersebut terlihat bahwa rata-rata risiko sistematis
bulanan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap pengembalian yang diharapkan
investor dibandingkan rata–rata bid–ask spread bulanan.Koefisien korelasi (r)
sebesar 0,62 menunjukkan hubungan yang cukup erat antara rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan dengan rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan selama
periode Januari–Desember 1999.
Besarnya
persentase sumbangan rata-rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata likuiditas
bulanan terhadap rata–rata tingkat pengembalian saham bulanan dapat dilihat
dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,38. Angka tersebut menunjukkan bahwa
sekitar 38% rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan dapat dijelaskan oleh
variabel rata– rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan periode Januari–
Desember
1999. Sedangkan sisanya (62%) dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya seperti perilaku
pasar, makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan pemerintah.
PENGUJIAN
SIGNIFIKANS KOEFISIEN REGRESI: TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
1. Pengujian
Koefisien Regresi Secara Individual
Pengujian koefisien
regresi secara individual dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan benar–benar dipengaruhi secara signifikan oleh
rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan.
Pengujian menggunakan
uji t dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: b = 0 (variabel bebas tidak mempengaruhi variabel
tidak bebas)
H1:b ¹ 0 (variabel bebas mempengaruhi variabel tidak
bebas)
Dengan ketentuan jika
Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak (H1 diterima) maka
variabel signifikan. Adapun hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut:
Dari Tabel 4 diketahui
bahwa rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan
berpengaruh secara signifikan terhadap rata-rata tingkat pengembalian saham
bulanan. Jadi Ho ditolak.
2. Pengujian
Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
Pengujian koefisien
regresi secara bersama-sama dilakukan untuk mengetahui apakah risiko sistematis
dan likuiditas saham secara bersama-sama benar-benar mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
Dengan uji F hipotesis
yang diajukan adalah:
Ho: b1= b2= b3
H1: b1¹ b2' b3
dengan ketentuan jika
Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak maka variabel
signifikan. Hasil disajikan dalam Tabel 5 berikut:
Dari uji F terbukti
bahwa rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan
secara bersama–sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rata-rata
tingkat pengembalian saham bulanan, jadi Ho ditolak.
KESIMPULAN
1. Secara
bersama-sama faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya
bid-ask spread mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go
public di Indonesia.
2. Secara
individu faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask
spread masing-masing juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go public di Indonesia.
3. Risiko
sistematis lebih mempengaruhi tingkat pengembalian suatu saham
dibandingkan dengan
likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask spread.
4. Faktor-faktor
lain seperti perilaku pasar, makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan
pemerintah juga ikut mempengaruhi tingkat pengembalian saham.
SARAN
Penelitian selanjutnya perlu
dilakukan dengan rentang waktu yang lebih panjang atau lebih dari satu tahun
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai pengaruh risiko sistematis
dan likuiditas saham yang diukur dengan
bid–ask spread terhadap tingkat pengembalian saham. Disamping itu,
variable yang diteliti juga perlu diperluas seperti likuiditas saham yang bukan
hanya dapat diukur dari bid–ask spread
melainkan juga dari volume perdagangan saham atau komisi penjualan.
Categories
TUGAS KULIAH
Artikel mengenai nilai tukar rupiah
Artikel mengenai nilai tukar rupiah
Positif-Negatif Kebijakan BI Rate
Jumat, 06 Des 2013 07:47 WIB - http://mdn.biz.id/n/66343/
- Dibaca: 494 kali
DI sepanjang 2013 Bank Indonesia (BI) gencar menaikkan suku
bunga acuannya (BI
rate). Mulai dari 6% (Juni-Juli), 6,5% (Agustus-September), 7% (Oktober) hingga
menjadi 7,5% menjelang akhir November. Menaikkan dan atau menurunkan BI rate
merupakan otoritas penuh BI sebagai pengambil kebijakan terkait moneter.
Menaikkan BI rate , berupaya menarik rupiah yang "nongkrong" di manca
negara agar kembali masuk ke Indonesia.
Dengan demikian pemilik rupiah (termasuk non rupiah) di mancanegara terpikat karena suku bunga yang menjanjikan (tinggi), sehingga menyimpan dananya di Indonesia.
Kebijakan menaikkan BI rate (hingga ke level 7,5%), oleh berbagai kalangan/pakar ekonomi dinilai bisa memberikan dampak positif atau negatif terhadap dinamika perekonomian nasional.
Dampak positif, pemerintah bisa lebih mengendalikan/menjaga inflasi dan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sedangkan dampak negatif, kebijakan menaikkan BI rate mempengaruhi sektor riil terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Melesunya kegiatan UKM, karena terbatasnya dana (tingginya suku bunga kredit perbankan) untuk para pelaku usaha kelompok ini dalam melangsungkan usahanya.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan fiskal dan BI sebagai pengambil kebijakan moneter yang bertujuan sama, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan yang realistis, harus bergerak (harmonis) meski sesuai bidang tugasnya masing-masing.
Kebijakan menaikkan BI rate, selain menarik dana di luar negeri juga guna mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya terhadap US$ atau dolar Amerika. Sekaligus mendukung "empat paket kebijakan pemerintah". Pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap US$ dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.
Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah memastikan defisit APBN 2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. Ketiga, menjaga daya beli, dan keempat, guna mempercepat investasi pemerintah mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
BI Rate dan Solusi Pemulihan Rupiah
Pengusaha/produsen dan pelaku pasar saat ini butuh kebijakan yang menghasilkan dalam waktu segera (berjangka pendek). Jika memungkinkan, pemerintah menalangi sementara selisih kurs khusus impor barang, paling tidak selama enam bulan. Selisih kelebihan biaya impor ditanggung pemerintah, sementara produsen/importir membayar harga barang impornya dipatok pada kurs (ideal) Rp 10.000 per US$.
Hanya saja, timbul pertanyaan, dengan kurs rupiah yang sudah menembus level Rp 12.000 per US$ apa ada uang pemerintah menalangi selisih kurs, misalnya sebesar Rp 2.000? Padahal cadangan devisa, transaksi perdagangan dan APBN sudah defisit (tekor). Jika kebijakan menalangi dipaksakan dikhawatirkan berpotensi menimbulkan masalah baru bagi pemerintah.
Sementara di lain pihak, akibat melemahnya nilai tukar rupiah bunga utang pemerintah juga membengkak. Terlebih jika penaikan BI rate ternyata tidak berdaya menarik rupiah/non rupiah dari mancanegara, dikhawatirkan akan merunyamkan perkenomian/keuangan negara.
Guna bisa kembali menggairahkan sektor riil sebagai akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan seiring dengan kebijakan menaikkan BI rate serta empat paket kebijakan pemerintah, disarankan pemerintah mengambil langkah-langkah (solusi) berikut.
1. Memberikan insentif kepada para pengusaha industri/produsen yang menggunakan bahan baku impor untuk menggunakan US$ bernilai "patok" Rp 10.000 per US$ paling tidak dalam kurun waktu enam bulan (hingga Juni 2014).
2. Membebaskan pajak penghasilan gaji para pegawai/buruh sekaligus menjaga harmonisasi pengusaha-buruh-pemerintah agar selalu tercipta suasana kondusif.
3. Tidak menaikkan suku bunga kredit untuk perusahaan-perusahaan produsen tertentu yang menggunakan bahan impor untuk produksinya meski BI rate dinaikkan.
4. Menghapus/meniadakan (lagi) biaya-biaya siluman seperti untuk perizinan, biaya-biaya keamanan dan biaya-biaya non operasional/ekonomis lainnya.
Harus Bekerja Sama
Pemerintah dengan empat paket kebijakannya dan BI dengan kebijakan (menaikkan) BI rate-nya yang beralasan untuk mengimbangi tekanan geliat inflasi yang cenderung meliar harus saling bekerja sama secara baik.
Meski BI telah menaikkan BI rate (7,5%), mengusahakan suku bunga kredit bagi pengusaha/produsen yang menggunakan bahan impor sebagai bahan bakunya tidak dinaikkan. Sehingga, sektor riil tetap berjalan meski dengan keuntungan minim, sembari terus mencari solusi terbaik agar tingkat kepercayaan asing bisa pulih kembali.
Sementara dana-dana yang sempat keluar bisa ditarik kembali dari mancanegara, diharapkan peran aktif pemerintah untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi dan perbankan.
Juga mengupayakan agar para investor percaya menanamkan investasinya di Indonesia dengan memudahkan perijznan, membatasi gerak unjuk rasa anarkis dan menjaga stabilitas kemanan dalam negeri.
Terpenting lainnya, pemerintah wajib memberdayakan dan mengembangkan produk-produk dalam negeri (pangan dan non pangan) dengan mensupport dana, fasilitas dan pembinaan kepada para petani/perajin untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pasca terpenuhinya kebutuhan dalam negeri barulah memproduksi untuk tujuan ekspor dan mengurangi berbagai penggunaan barang-barang impor.
Terakhir, melakukan efisiensi terhadap berbagai bidang kehidupan, kedinasan, penanganan/tender berbagai proyek, dan lain-lain. Terutama pemberantasan korupsi melalui political will secara sungguh-sungguh dari pemerintah dan DPR.
(Oleh : Tigor Damanik) Penulis pemerhati ekonomi, tinggal di Medan
Dengan demikian pemilik rupiah (termasuk non rupiah) di mancanegara terpikat karena suku bunga yang menjanjikan (tinggi), sehingga menyimpan dananya di Indonesia.
Kebijakan menaikkan BI rate (hingga ke level 7,5%), oleh berbagai kalangan/pakar ekonomi dinilai bisa memberikan dampak positif atau negatif terhadap dinamika perekonomian nasional.
Dampak positif, pemerintah bisa lebih mengendalikan/menjaga inflasi dan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sedangkan dampak negatif, kebijakan menaikkan BI rate mempengaruhi sektor riil terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Melesunya kegiatan UKM, karena terbatasnya dana (tingginya suku bunga kredit perbankan) untuk para pelaku usaha kelompok ini dalam melangsungkan usahanya.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan fiskal dan BI sebagai pengambil kebijakan moneter yang bertujuan sama, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan yang realistis, harus bergerak (harmonis) meski sesuai bidang tugasnya masing-masing.
Kebijakan menaikkan BI rate, selain menarik dana di luar negeri juga guna mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya terhadap US$ atau dolar Amerika. Sekaligus mendukung "empat paket kebijakan pemerintah". Pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap US$ dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.
Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah memastikan defisit APBN 2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. Ketiga, menjaga daya beli, dan keempat, guna mempercepat investasi pemerintah mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
BI Rate dan Solusi Pemulihan Rupiah
Pengusaha/produsen dan pelaku pasar saat ini butuh kebijakan yang menghasilkan dalam waktu segera (berjangka pendek). Jika memungkinkan, pemerintah menalangi sementara selisih kurs khusus impor barang, paling tidak selama enam bulan. Selisih kelebihan biaya impor ditanggung pemerintah, sementara produsen/importir membayar harga barang impornya dipatok pada kurs (ideal) Rp 10.000 per US$.
Hanya saja, timbul pertanyaan, dengan kurs rupiah yang sudah menembus level Rp 12.000 per US$ apa ada uang pemerintah menalangi selisih kurs, misalnya sebesar Rp 2.000? Padahal cadangan devisa, transaksi perdagangan dan APBN sudah defisit (tekor). Jika kebijakan menalangi dipaksakan dikhawatirkan berpotensi menimbulkan masalah baru bagi pemerintah.
Sementara di lain pihak, akibat melemahnya nilai tukar rupiah bunga utang pemerintah juga membengkak. Terlebih jika penaikan BI rate ternyata tidak berdaya menarik rupiah/non rupiah dari mancanegara, dikhawatirkan akan merunyamkan perkenomian/keuangan negara.
Guna bisa kembali menggairahkan sektor riil sebagai akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan seiring dengan kebijakan menaikkan BI rate serta empat paket kebijakan pemerintah, disarankan pemerintah mengambil langkah-langkah (solusi) berikut.
1. Memberikan insentif kepada para pengusaha industri/produsen yang menggunakan bahan baku impor untuk menggunakan US$ bernilai "patok" Rp 10.000 per US$ paling tidak dalam kurun waktu enam bulan (hingga Juni 2014).
2. Membebaskan pajak penghasilan gaji para pegawai/buruh sekaligus menjaga harmonisasi pengusaha-buruh-pemerintah agar selalu tercipta suasana kondusif.
3. Tidak menaikkan suku bunga kredit untuk perusahaan-perusahaan produsen tertentu yang menggunakan bahan impor untuk produksinya meski BI rate dinaikkan.
4. Menghapus/meniadakan (lagi) biaya-biaya siluman seperti untuk perizinan, biaya-biaya keamanan dan biaya-biaya non operasional/ekonomis lainnya.
Harus Bekerja Sama
Pemerintah dengan empat paket kebijakannya dan BI dengan kebijakan (menaikkan) BI rate-nya yang beralasan untuk mengimbangi tekanan geliat inflasi yang cenderung meliar harus saling bekerja sama secara baik.
Meski BI telah menaikkan BI rate (7,5%), mengusahakan suku bunga kredit bagi pengusaha/produsen yang menggunakan bahan impor sebagai bahan bakunya tidak dinaikkan. Sehingga, sektor riil tetap berjalan meski dengan keuntungan minim, sembari terus mencari solusi terbaik agar tingkat kepercayaan asing bisa pulih kembali.
Sementara dana-dana yang sempat keluar bisa ditarik kembali dari mancanegara, diharapkan peran aktif pemerintah untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi dan perbankan.
Juga mengupayakan agar para investor percaya menanamkan investasinya di Indonesia dengan memudahkan perijznan, membatasi gerak unjuk rasa anarkis dan menjaga stabilitas kemanan dalam negeri.
Terpenting lainnya, pemerintah wajib memberdayakan dan mengembangkan produk-produk dalam negeri (pangan dan non pangan) dengan mensupport dana, fasilitas dan pembinaan kepada para petani/perajin untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pasca terpenuhinya kebutuhan dalam negeri barulah memproduksi untuk tujuan ekspor dan mengurangi berbagai penggunaan barang-barang impor.
Terakhir, melakukan efisiensi terhadap berbagai bidang kehidupan, kedinasan, penanganan/tender berbagai proyek, dan lain-lain. Terutama pemberantasan korupsi melalui political will secara sungguh-sungguh dari pemerintah dan DPR.
(Oleh : Tigor Damanik) Penulis pemerhati ekonomi, tinggal di Medan
1. PENDAHULUAN
Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga
stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter
secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter
memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung
bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan
suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk
mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan
pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time
lag). Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,
diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan kliping ini yaitu untuk mengetahui dampak peningkatan
suku bunga terhadap nilai tukar rupiah dan
impor
3. PEMBAHASAN
Artikel tersebut berkaitan erat dengan kebijakan moneter oleh Bank
Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk meningkatkan suku
bunga (BI rate), seperti Negara maju lainnya yang mengambil kebijakan untuk
menaikan suku bunga. Negara maju mulai naikan suku bunga
mereka karena ekonomi mereka menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Perubahan suku bunga BI Rate
dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai
tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih
antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan
melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk
menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti
SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong
apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor
lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau
kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.
4. KESIMPULAN
Suku bunga merupakan
merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu Negara yang berimbas pada
kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi, dan pergerakan
mata uang di suatu Negara. Tingkat suku bunga menentukan nilai tambah mata uang
suatu Negara. Semakin tinggi suku bunga suatu mata uang, akan semakin tinggi
pula permintaan akan mata uang Negara tersebut. Tingkat suku bunga diatur oleh
bank sentral, dan jika dalam jangka panjang bank sentral selalu menaikan suku
bunga maka trend nilai tukar mata uang Negara tersebut terhadap Negara lain
akan cendrung naik. Hal ini akan terus berlangsung sampai ada faktor lain yang
mempengaruhi atau bank sentral kembali menurunkan suku bunganya. Di satu pihak,
nilai tukar rupiah menguntungkan dengan menurunnya utang luar negeri dan
meningkatnya daya beli, disisi lain akan menyebabkan konsumsi barang impor
meningkat yang menyebabkan impor juga meningkat dan ekspor menurun.
5. SARAN
Adapun saran yang diberikan yaitu tetap melalkukan
penyeimbangan kebijakan moneter dalam mengatur dan mengawasi penguatan nilai
tukar rupiah, agar adanya keseimbangan antara konsumsi barang impor dan
penguatan nilai tukar supaya kinerja ekonomi semakin baik kedepannya.
Categories
TUGAS KULIAH
CONTOH REVIEW SKRIPSI TENTANG RETRIBUSI TERMINAL
A. JUDUL
PENELITIAN
Optimalisasi Pemungutan
Retribusi Terminal Di Dinas Perhubungan Dan Infokom,Kabupaten Bantaeng Oleh Sri
Hasnaeni Asis.Universitas Hasanuddi,
Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Tahun 2013
B. LATAR
BELAKANG
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
adalah salah satu landasan yuridis
bagi pengembangan otonomi
daerah di Indonesia.
Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah kabupaten dan kota
diselenggarakan dengan memperhatikan
prinsip-perinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta memperhatikan
potensi dan keaneka-ragaman
Daerah. (Mardiasmo 2004 : 8)
Pembiayaan pemerintah
dalam melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan senantiasa
memerlukan sumber penerimaan
yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan
oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di
Indonesia, yaitu mulai
tanggal 1 Januari
2001. Dengan adanya
otonomi, daerah dipacu untuk
lebih berkreasi mencari
sumber penerimaan daerah
yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran
daerah. (Siahaan, 2001)
Undang
– Undang Nomor 33 Tahun 2004 dalam Bab V Pasal 6, mengemukakan
sumber pendapatan
daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah
selanjutnya disebut ( PAD ) yaitu ;
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelohan kekayaan daerah yang
dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah.
Pajak daerah
diatur dalam Undang – Undang yang
pelaksanaannya di daerah diatur
lebih lanjut oleh
Peraturan Daerah (PERDA).
Dalam hal ini,
Undang – Undang No. 34 Tahun
2000 tentang pajak
daerah dan retribusi
daerah yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dan dibahas lebih lengkap lagi dalam PP
Republik Indonesia No. 65 Tahun
2001 tentang Pajak
Daerah dan PP
Republik Indonesia No.
66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Berdasarkan Undang –
Undang diatas dalam
rangka melaksanakan pembangunan daerah
Kabupaten atau Kota
mengoptimalkan dan meningkatkan penerimaan dari
sumber-sumber pendapatan daerahnya
yang antara lain
berasal dari pajak daerah dan
retribusi daerah. Salah satunya adalah retribusi daerah dalam bentuk retribusi terminal.
Retribusi
Daerah dalam bentuk Retribusi Terminal termasuk dalam jenis retribusi Jasa
Usaha ( Sobirin Malian 2003:36 ), dimana Dinas Perhubungan dan Infokom yang
diberikan kewenangan khusus
untuk memungut dan
mengelola retribusi terminal
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Bantaeng selalu berupaya
meningkatkan pelaksanaan
pengelolaan yang optimal
dalam rangka meningkatkan
pembangunan ekonomi. Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng
memungut dan mengelola
retribusi terminal dalam upaya meningkatkan pembangunan daerahnya.
Rertbusi terminal diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2010 tentang Retribusi
Terminal.
Retribusi terminal
merupakan salah satu
jenis Retribusi Daerah
yang sangat potensial dan
diharapkan dapat memberikan
kontribusi pendapatan daerah.
Apabila penerimaan pendapatan
daerah maka pembangunan
tersebut berarti membutuhkan biaya yang semakin meningkat
pula, dimana biaya ini diperoleh dari pendapatan daerah termasuk didalamnya
Retribusi terminal. Kabupaten
Bantaeng merupakan salah
satu daerah dalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai
prospek yang cukup baik dalam mengelola
Retribusi sebagai salah
satu sumber pendapatan asli
daerah.(Syaripuddin ,2010 :2).
Oleh karena
semakin meningkatnya pembangunan
tersebut berarti membutuhkan biaya
yang semakin meningkat
pula dimana biaya
ini diperoleh dari pendapatan daerah termasuk didalamnya
Retribusi terminal. Dalam pungutan Retribusi pemerintah Kabupaten
Bantaeng tidak lepas
dari masalah yang
merupakan penghambat dalam pemungutan Retribusi tersebut. Pelaksanaan
pemungutan retribusi terminal
di Kabupaten Bantaeng
belum terlaksana dengan baik, sehingga pemasukan retribusi terminal di
Kabupaten Bantaeng belum memenuhi target seperti yang diharapkan. (Rajamuddin
dalam Syaripuddin 2010 : 2 ).
Hal ini
dapat dilihat dari
tabel target dan
terealisasi pendapatan sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini :
Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat
bahwa dari tahun
2009 – 2011 realisasi
retribusi terminal di
Kabupaten Bantaeng tidak
pernah memenuhi target.
Tetapi ada tahun 2009
– 2011 realisasi
penerimaanya meningkat meskipun
masih belum memenuhi target.
Dengan demikian perlu
adanya suatu komitmen
dari semua pihak dari
unsur pemerintah maupun
masyarakat sebagai wajib
retribusi dalam menyikapi bagaimana melakukan
manajemen Retribusi daerah
yang ada sehingga betul-betul dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah.
Maka dalam hal ini
perlu ditunjang dengan
pelaksanaan manajemen yang
baik, karena manajemen dibutuhkan
dimana saja orang-orang
bekerja sama (organisasi)
unntuk mencapai suatu tujuan
bersama (Handoko :1984).
Untuk itu diperlukan
adanya Manajemen retribusi daerah
secara optimal, efisien
dan efektif, supaya
apa yang direncanakan bisa
tercapai dalam pelaksanaan. Berdasarkan latar
belakang pemikiran tersebut
maka penulis merasa
tertarik untuk mencoba menganalisis lebih jauh dengan judul;
“Optimalisasi Peningkatan Retribusi Terminal di Dinas Perhubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng”.
C. TINJAUAN
PUSTAKA
a. Konsep
Retribusi Daerah
Menurut
Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang
khusus disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi
Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau
karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang
berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Seperti halnya
pajak daerah, retribusi
daerah dilaksanakan berdasarkan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2001
tentang Peraturan Umum
Retribusi Daerah dan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
selanjutnya untuk pelaksanaannya di masing-masing daerah, pungutan retribusi
daerah dijabarkan dalam
bentuk peraturan daerah
yang mengacu kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Tidak semua
jasa yang diberikan oleh pemerintah dapat dipungut retribusinya, tetapi
hanya jenis-jenis jasa
tertentu yang menurut
pertimbangan social-ekonomi layak dijadikan sebagai objek
retribusi. Jasa tertentu tersebut
dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu Jasa Umum, Jasa Usaha dan
Perizinan Tertentu. Penggolongan
jenis retribusi ini dimaksudkan guna
menetapkan kebijaksanaan
umum tentang prinsip
dan sasaran dalam
penetapan tarif retribusi
yang ditemukan, dimaksudkan juga
agar tercipta ketertiban dalam penerapannya,
sehingga dapat memberikan
kepastian bagi masyarakat dan
disesuaikan dengan kebutuhan nyata daerah yang bersangkutan.
1. Retribusi
Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum
adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
2. Retribusi
Jasa Usaha
Retribusi Jasa
Usaha adalah retribusi
atas jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah
dan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sector swasta.
3. Retribusi
Perizinan Tertentu
Fungsi perizinan
dimaksudkan untuk mengadakan
pembinaan, pengaturan. Jenis-jenis
retribusi perizinan tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 Pasal 4 ayat 2,
b. Konsep
Retribusi Terminal
Syaripuddin
(2010:34) mengemukakan bahwa retribusi terminal adalah retribusi jasa usaha
yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah kepada
orang pribadi/badan yang memakai
jasa layanan terminal
yang menyelenggarakan angkutan
orang/ barang dengan kendaraan
umum. Menurut Undang-undang Nomor
28 Tahun 2009
Pasal 130 objek
retribusi terminal adalah pelayanan terminal yang disediakan pemerintah
daerah kepada setiap pengguna jasa layanan terminal, berupa :
1. Pelayanan
Parkir Kendaraan Umum
2. Tempat
Kegiatan Usaha
3. Fasilitas
Lainnya di Lingkungan yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah
4. Subjek retribusi
terminal adalah orang
pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan
terminal dari Pemerintah
Daerah dalam hal
ini adalah seluruh sopir yang memakai jasa usaha terminal meliputi sopir
angkut kota dan sopir bis.
Retribusi terminal
merupakan jenis retribusi
jasa usaha. Retribusi terminal dapat dikenakan
oleh pengguna jasa
layanan terminal yang
ada di Kabupaten/Desa. Adapun tingkat tarif yang
dikenakan retribusi yaitu semua jenis angkutan dikenakan tarif Rp.2000/mobil.
c. Konsep
Pendapatan Asli Daerah
Pengertian Pendapatan
Asli Daerah menurut
Undang-Undang No, 28 Tahun
2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang
digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang
terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Sebagaimana diatur
dalam pasal 157
Undang-Undang Nomor 32Tahun
2004 tentang pemerintah daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terdiri dari :
1. Pajak
Daerah
2. Retribusi
Daerah
3. Hasil
Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan
4. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
D. METODE
PENELITIAN
1. Pendekatan
Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiono (2010)
penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif
sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan
sesuatu masalah. Penelitian yang
dilakukan bersifat
Deskriptif yaitu untuk
mengetahui atau
menggambarkan kenyataan dari
kejadian yang diteliti
atau penelitian yang
dilakukan terhadap variabel mandiri
atau tunggal, yaitu
tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan dengan variabel
lain. .
2. Lokasi
Penelitian Penelitian ini dilakukan
di Dinas Perhubungan
dan Infokom Kabupaten
Bantdaeng. Hal ini
didasarkan karena instansi
tersebut diberi kewenangan
untuk melakukan pemungutan dan mengelola retribusi daerah termasuk
retribusi terminal.
3. Tipe
Penelitian
Tipe penelitian
yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian
ini adalah Deskriptif, Terbatas
pada usaha mengungkapkan
suatu masalah atau
keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dan
memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari.
4. Unit
Analisis
Unit analisis
dalam penelitian ini
adalah organisasi. Penentuan
unit analisis ini didasarkan pada
pertimbangan obyektif, untuk
mendeskripsikan penelitian mengenai Optimalisasi Pemungutan
Retribusi Terminal di
Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng.
5. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang
benar-benar tahu atau pelaku yang
terlibat langsung dengan
permasalahan penelitian.
Adapun
informan yang dimaksud adalah: Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten
Bantaeng, Sekretaris Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Bantaeng, Kepala Sub. Bagian
KeuanganKepala Bidang , Perhubungan Darat Kepala Bidan Sarana dan Prasarana,
Kepala Seksi Angkutan Darat, Petugas Pemungut Retribusi Terminal, Pengguna Jasa
( sopir)
6. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh
data, sumber data
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a) Data
Primer.
Data primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Untuk
mendapatkan data primer tersebut, peneliti menggunakan cara:
1) Wawancara. Peneliti mengadakan
tanya jawab dengan
para informan untuk
memperoleh data mengenai hal-hal
yang ada kaitannya
dengan masalah pembahasan
skripsi ini dalam hal
melakukan wawancara digunakan
pedoman pertanyaan yang
disusun berdasarkan kepentingan masalah yang diteliti.
2) Observasi. Penelitian dengan
pengamatan langsung tentang
bagaimana proses mungutan
retribusi terminal di Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Bantaeng
dengan mengidentifikasi Optimalisasi
Pemungutan Retribusi Terminal
di Dinas Perhubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng.
b) Data
Sekunder:
Data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan. Data-data yang dikumpulkan
merupakan data yang mempunyai kesesuaian dan kaitan dengan kebutuhan penelitian
yang dilakukan.
Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dengan cara :
1. Penelitian Kepustakaan. Penelitian kepustakaan
merupakan cara untuk
mengumpulkan data dengan menggunakan dan
mempelajari literatur buku-buku
kepustakaan yang ada
untuk mencari konsepsi-konsepsi dan
teori-teori yang berhubungan
erat dengan permasalahan. Studi
kepustakaan bersumber pada
laporan-laporan, dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
2. Dokumentasi. Dokumentasi merupakan
cara yang digunakan
untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skirpsi, buku, surat
kabar, majalah.
7. Teknik
Analisis Data
Data yang
diperoleh dari lokasi
baik data primer
maupun data sekunder, akan disusun dan disajikan serta
dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif berupa pemaparan yang
kemudian dianalisis dan
dinarasikan sesuai dengan
mekanisme penulisan skripsi.
8. Fokus
Penelitian
Untuk mempermudah
dan memperjelas pemahaman
terhadap konsep-konsep penting yang
digunakan dalam penelitian
ini, maka dikemukakan
Fokus Penelitian sebagai berikut
:
1. Retribusi terminal
merupakan salah satu
jenis retribusi yang
ada di Kabupaten Bantaeng yang
keberadaannya dimanfaatkan oleh
pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
dapun indicator pada
pemungutan retribusi terminal yaitu
Pemungutan
Retribusi Pada Terminal
Regional yaitu tempat
pemungutan retribusi
terminal yang dilakukan
oleh Dinas Perhubungan
dan Infokom yang ditujukan pada jalur angkutan kota
Jeneponto-Bantaeng.
Pemungutan
Retribusi Pada Terminal
Pembantu yaitu tempat
pemungutan retribusi
terminal yang dilakukan
oleh Dinas Perhubungan
dan Infokom yang ditujukan pada jalur angkutan kota
Bulukumba -Bantaeng
2. Pengawasan
adalah pemantauan di lapangan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memastikan dan menjamin
agar pengelolaan retribusi
terminal berjalan sesuai rencana.Adapun indicator dari fungsi
pengawasan tersebut yaitu ;
Pengawasan
Langsung ( Direct
Control ) yaitu
proses pengawasan yang dilakukan Dinas
Perhubungan dan Infokom
dengan cara mengawasi
secara langsung proses pemungutan
retribusi terminal pada
tempat pemungutan retribusi
terminal.
Pengawasan Tidak Langsung ( Indirect Control
) yaitu proses pengawasan yang dilakukan
oleh Dinas Perhubungan
dan Infokom melalui
laporan-laporan dari coordinator
pemungut retribusi terminal yang diberikan kepada atasan.
E. PEMBAHASAN
1. Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
Gambaran
umum lokasi penelitian meliputi gambaran
umum daerah Kabupaten Bantaeng dan gambaran umum objek penelitian yaitu Dinas
Perhubungan dan Infokom Kabupaten
Bantaeng sebagai pihak
yang berhubunganlansung dengan
masyarakat.
a. Gambaran
Umum Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten di provinsiSulawesi Selatan, Indonesia. Terletak
dibagian selatan provinsiSulawesi Selatan.
b. Gambaran
Umum Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Bantaeng
Dinas Perhubungan
dan Infokom Kabupaten
Bantaeng setelah mengalami perubahan Susunan
Organisasi dan tata
kerja dan terakhir
berdasarkan Peraturan Daerah (
Perda ) Kabupaten
Bantaeng No.26 Tahun
2008 Tentang Pembentukan Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Bantaeng. Susunan
Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perhubungan
dan Infokom dilengkapi dengan jabatan
yang telah terisi
setelah mengalami mutasi
staf dan yang
telah memasuki masa pension sebagai berikut
:
2. Keadaan
Pegawai Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Bantaeng
Efektif tidaknya
suatu organisasi tetap
tergantung pada orang-orang
yang membantu dalam menyukseskan pengelolaan retribusi terminal sehingga
mendapatkan hasil yang optimal. Kualitas dan kemampuan dari para pegawai
tentunya menjadi tolak ukur dalam
pelaksanaan kerja yang
optimal sehingga mencapai
tujuan yang telah direncanakan.
Jabatan
Struktural sebagai berikut:
1. Eselon II
: 1 Orang
2. Eselon III : 4 Orang
3. Eselon IV : 11 Orang
Dan beberapa
pegawai yang mutasi
telah memasuki masa
pensiun yaitu pension 3 orang dan
mutasi 1 orang. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dapat
dilihat keadaan pegawai
pada
Dinas
Perhubungan dan Infokom Kabupaten Bantaeng sebagai berikut :
Dari hasil
wawancara diatas penulis
menyimpulkan bahwa jumlah
tenaga honorer lebih banyak
dibanding pegawai tetap
karena mayoritas tugas
dari Dinas Perhubungan dan
Infokom bekerja dilapangan,
sedangkan pada pengangkatan pegawai untuk
Dinas Perhubungan dan
Infokom kuotanya tidak
sesuai dengan tugas Dinas Perhubungan
dan Infokom Kabupaten Bantaeng.
3. Tempat
Pemungutan Retribusi (TPR)
Dinas Perhubungan
dan Infokom yang diberikan kewenangan khusus untuk memungut dan
mengelola retribusi terminal oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng selalu
berupaya meningkatkan pelaksanaan pengelolaan
yang optimal dalam
rangka meningkatkan pembangunan ekonomi. Tempat Pemungutan
Retribusi Terminal merupakan
tempat dimana para kolektor/ petugas pemungut retribusi
terminal melaksanakan tugasnya yaitu memungut retribusi teminal
. pengawas Di
Tempat Pemungutan Retribusi
Terminal ini tim pengawas atau koordinator bidang melakukan pengawasan secara langsung. Tempat
Pemungutan Retribusi terminal
sangat mempengaruhi pendapatan
pada pemungutan retribusi
terminal.Baik itu pos utama maupun pos bayangan.
4. Realisasi
Retribusi Terminal
Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
peneliti terkait masalah OptimalisasiPemungutan Retribusi
Terminal yang dikelolah
oleh Dinas Pehubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng sebagai
dinas teknis telah
berhasil memberikan
sumbangsi terhadap PAD
Kabupaten Bantaeng. Berikut
peningkatan jumlah realisasi retribusi terminal sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2012 :
Tabel
4.8
5. Hasil
dan Pembahasan
a) Optimalisasi
Pemungutan Retribusi Terminal
Dalam pelaksanaan
pemungutan terhadap retribusi
terminal di Kabupaten Bantaeng masih mengalami berbagai
hambatan, baik hambatan dari dalam yaitu pihak petugas pemungut retribusi
maupun dari luar yakni sopir mobil selaku obyek pungutan tersebut.
Dari
hasil wawancara penulis menyimpulkan bahwa saat ini pemungutan retribusi
terminal di Kabupaten Bantaeng belum optimal.Karena dari data realisasi yang
ada dari
tahun 2009 sampai
tahun 2012 tidak
pernah mencapai target.
Namun para petugas Dinas
Perhubungan dan Infokom
telah berusaha untuk
memperbaiki hal-hal yang menjadi
penunjang utama optimalnya pemungutan retribusi terminal. Selain itu
target penerimaan retribusi
terminal yang merupakan
tolak ukur realisasi penerimaan
tahunan yang harus dicapai dalam realisasi penerimaan retribusi terminal di
Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng,
yaitu proses penentuan target
penerimaan Retribusi Terminal yang
ingin dicapai dalam
satu tahunanggaran, yaitu terhitung
mulai dari 1 Januari sampai 31 Desember. Dalam hal penetuan
target penerimaan retribusi
terminal, senantiasa dilakukan
tidak berdasarkan potensi yang
ada. Sehingga hampir setiap tahunnya realisasi retribusi terminal tidak pernah
mencapai target.Belum tercapainya
target penerimaan ini
memunculkan banyak spekulasi.
diantaranya soal lemahnya prediksi potensi penerimaan atau tingginya target
yang ditetapkan Pemda
Kabupaten Bantaeng. Jadi
untuk penetapan target
harusnya disesuaikan dengan potensi yang ada, Khususnya pada jumlah
angkutan yang ada.
b) Pengawasan
Pengawasan dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi
merupakan hal yang
sangat urgen. Tak dapat dipungkiri
bahwa pengawasan memegang
peranan penting sebagai upaya
dalam meminimalisir ketimpangan-ketimpangan dalam
pemungutan retribusi. Pengawasan merupakan
proses pemantauan yang
dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui apakah
kegiatan pelaksanaan dilapangan
sesuai dengan ketentuan, Dengan pengawasan
yang baik maka
ketimpangan-ketimpangan yang dapat mengurangi keberhasilan pemungutan
retribusi parker bias diminimalisir. Demikian halnya dengan pemungutan
retribusi terminal di Kabupaten Bantaeng yang
dilakukan oleh Dinas
Perhubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng
menghindari menekan seminimal
mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan serta kesalahan
lainnya yang mungkin
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan serta
kesalahan lainnya yang
mungkin saja terjadi.
Sebab dalam pemungutan
retribusi terminal di Kabupaten Bantaeng tanpa dilakukan pengawasan,
maka akan mengalami kesulitan dalam mengukur
tingkat keberhasilan yang
dilaksanakan oleh para
petugas yang melaksanakan pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Bantaeng.
Pengawasan pemungutan retribusi
terminal dan pelaksnaan
perencanaan di lapangan yaitu
baik baik di terminal regional maupun terminal pembantu di Kabupaten Bantaeng
dilakukan dalam 2 bentuk yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
dilakukan oleh koordinator pemungutan retribusi terminal dan Tim Pengawas
yang mengawasi Kantor
Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng.
Adapun tipe
pengawasan yang digunakan
di Dinas Perhubungan
dan Infokom Kabupaten Bantaeng
yaitu :
1) Pengawasan
Langsung. Pengawasan langsung dalam
hal ini dilakukan
oleh koordinator pemungutan retribusi terminal
dan Tim Pengawas
langsung meninjau pelaksanaan
pemungutan di Lapangan.
Dari hasil
wawancara diatas penulis
menyimpulkan bahwa para
petugas pemungut retribusi dan
para sopir mobil
yang selalu melakukan
pelanggaran karena pengawasan yang
diberikan belum efektif,
apalagi belum ada
Perda yang mengatur tentang pemberian
sanksi bagi para petugas dan
para sopir yang
melakukan pelanggaran sehingga mereka belum jerah melakukan pelanggaran.
Sedangkan hasil obeservasi langsung yang dilakukan oleh penulis menemukan bahwa setiap
hari koordinator pemungutan
retribusi terminal datang
setiap pagi keterminal regional,
namun pada jam
11.00 dia mengawas
di terminal pembantu. Penulis juga
melihat terjadi pelanggaran yang
dilakukan oleh sopir
angkutan daerah
Bantaeng-Jeneponto, namun yang
penulis lihat sopir
yang melakukan pelanggaran tersebut diberi karcis dengan
tarif normal namun yaitu 2000 rupiah namun yang disetor
sopir tersebut sebanyak
5000 rupiah. Dari hasil penjelasan
diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
ketegasan seorang petugas dalam memungut retribusi terminal harus lebih
tegas, agar para objek retribusi terminal tidak selalu melakukan pelanggaran.
2) Pengawasan
Tidak Langsung. Adapun pengawasan tidak
langsung dilakukan melalui
laporan-laporan secara
tertulis kepada atasan,
dimana dengan laporan
tertulis tersebut dapat
dinilai sejauh manakah bawahan
melaksanakan tugasnya sebagai
mana mestinya.
Dari wawancara
penulis menyimpulkan bahwa
untuk pegawasan tidak langsung yakni
dalam bentuk laporan
sudah maksimal, artinya
pengawasan tidak langsung ini
dilakukan rutin setiap
hari,setidaknya pengawasan tidak
langsung sudah optimal karena
sudah sesuai dengan
rencana.Sedangkan untuk pengawasan
tidak langsung masih ditemukan banyak kendala yang menghambat optimalnya
pemungutan retrbusi terminal.
Adapun mekanisme
pengawasan ini sebagiamna yang peneliti
lihat dilapangan adalah
sebagai berikut :
·
Kegiatan penagihan yang dilakukan oleh
petugas pemungut retribusi terminal terhadap wajib retribusi kemudian diberikan
kepada koordinator pemungutan retribusi selanjutnya disetor ke Bendara
penerimaan.
·
Bendara
penerimaan kemudian membuat
laporan penerimaan retribusi
terminal kedalam buku pembantu sejenis dan dicatat sebagai penerimaan
pada buku kas umum setiap
pemasukan, kemudian dijumlahkan
dan diajukan kepada
Kepala untuk ditandatangani dan
disahkan. Selanjutnya setiap akhir bulan bendahara menjumlahkan dalam buku
kas umum kemudian
membuat laporan realisasi
penerimaan kemudian disetorkan ke
Kabid.Keuangan.terakhir
Kabid. Keuangan membuat
laporan realisasi peneriman untuk
semua jenis retribusi
kemudian disetor kepada
Kepala Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng. Dalam
pemungutan retribusi terminal
tidak selamanya berjalan
dengan lanjar.Khususnya pada pemungutan
retribusi terminal di
Kabupaten Bantaeng.
Sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan
penulis kepada Kepala
Dinas Perhubungan dan Infokom
bahwa tidak tercapainya target
setiap tahun pada
pemungutan retribusi
terminal dikarenakan karena
adanya kendala-kendala yang
menghambat pencapaian target. Kendala-kendala
yang menghambat pencapaian target adalah:
·
Banyak kendaraan yang tidak beroperasi. Banyak kendaraan
yang tidak beroperasi
di sebabkan beberapa
faktor antara lain; Kendaraan
sudah tua ,
tidak ada penambahan
angkutan yang baru,
penurunan penumpang karena bersaing
dengan kendaraan roda
dua (ojek), banyaknya
mobil rental dan tidak ada peremajaan trayek-trayek baru
·
Kesadaran petugas dan wajib retribusi
Kurangnya kesadaran
wajib retribusi dalam membayar kewajibannya, dan masih adanya diskriminasi
yang dilakukan oleh para petugas membuat
realisasi penerimaan retribusi
terminal Kabupaten Bantaeng tidak sesuai yang direncanakan.
·
Kondisi Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana
dan prasarana di
Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng
khususnya jalan masuk menuju terminal regional masih belum memadai.Dan
tempat pemungutan retribusi
terminal (TPR) di
Kabupaten Bantaeng ada
2 yaitu terminal regional dan
terminal pembantu.
c) Upaya
Peningkatan Pemungutan Retribusi Terminal
Ukuran keberhasilan
pada realisasi pendapatan
Retribusi Terminaal tersebut
dapat dilihat dari
realisasi pencapaian target
dan tingkat kenaikan
pendapatan dari penerimaan Retribusi
Terminal, dengan banyaknya
faktor yang mempengaruhi penerimaan Retribusi
Terminal, maka tercapainya
target penerimaan Retribusi
akan ditentukan oleh sejauhmana usaha yang dilakukan pemerintah daerah
itu dengan cara intensif dan baik, maka apa yang diharapkan dapt terwujud
. Sebaliknya apabila
tidak dilakukan secara
intensif atau kurang
mendapatkan perhatian dalam mengelola
faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut,
maka penerimaan Retribusi terminal tidak akan tercapainya sebagaimana
yang diharapkan. Pemungutan
retribusi terminal di
Kabupaten Bantaeng belum
Optimal. Oleh karena itu
sangat diperlukan upaya-upaya
pemerintah dalam meningkatkan pemungutan retribusi
termibal. Yaitu memperbaiki
hal-hal yang menjadi
penghambat tidak optimalnya pemungutan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut
di atas, Dinas
Perhubungan dan Infokom
Kabupaten Bantaeng telah
melakukan upaya - upaya sebagai berikut :
1) Sosialisasi.
Untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat atau wajib retribusi
terminal tentang pentingnya membayar retribusi, maka Dinas Perhubungan
dan Infokom Kab. Bantaeng telah
mengadakan sosialisasi Peraturan Daerah
tentang Retribusi Retribusi Terminal. Yakni melalui
penyuluhan penyuluhan secara
langsung dan tidak
langsung kepada wajib retribusi. Dengan penyuluhan
ini diharapkan masyarakat mengerti
tentang hak dan kewajiban sebagai
wajib retribusi.
2) Peningkatan
Pengawasan. Agar dalam melaksanakan pemungutan retribusi terminal dapat berjalan
dengan baik, Dinas
Perhubungan dan Infokom telah
melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap
pelaksanaan retribusi terminal
di masing-masing TPR.
Dengan demikian diharapkan para
petugas pungut melaksanakan tugasnya
dengan baik dan
tidak ada lagi kebocoran dalam
pelaksanaan retribusi terminal.
3) Perda
tentang keberadaan mobil rental. Kepala
Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng
berharap agar pemberlakuan
mengenai keberadaan mobil rental. Karena mobil merupakan salah satu faktor
penghambat tidak tercapainya target pemungutan retribusi terminal.
4) Memperbaiki
dan Meningkatkan Sarana Dan Prasarana
Agar para wajib
retribusi merasa nyaman diperlukan
adanya sarana dan prasarana yang
memadai. Terhadap kondisi jalan yang kurang memadai, Dinas Perhubungan dan
Infokom telah berusaha meningkatkan sarana
dan prasarana pasar
tersebut dengan memperbaiki
jalan yang rusak
khususnya jalan menuju
terminal regional.
F. KESIMPULAN
DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa
pengelolaan retribusi terminal
di Kabupaten Bantaeng
belum optimal. Karena pengelolaan retribusi terminal dapat
dikatakan optimal apabila target yang ditentukan sudah tercapai. Adapun hal-hal
yang mrenjadi factor penghambat tercapainya target yaitu :
a) Kurangnya
pengawasan terhadap pemungutan retribusi terminal di Dinas Perhubungan dan
Infokom Kabupaten Bantaeng.
b) Banyaknya
mobil rental dan tidak adanya peraturan daerah tentang keberadaan mobil rental.
c) Kondisi
sarana dan prasarana yang kurang memadai.
d) Kurangnya
kesadaran wajib retribusi.
b. Saran
1) Meningkatkan pengawasan
terhadap petugas pemungut
dan objek retribusi.
Hal ini, dapat dilakukan
melalui pemberian sangksi
yang sebanding dengan perbuatan yang dilakukan aparat
dan objek retribusi
jika membuat kesalahan.
Kepada para tim pengawas atau koordiator yang bertanggung
jawab melakukan pengawasan, sebaiknya terjun
langsung ke lapangan
untuk memantau dan
meminimalisir
kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam penerimaan Retribusi terminal
2) Perda tentang
Mobil Rental. Dalam
hal ini, factor
penyebab tidak tercapainya pemungutan retribusi
terminal adalah semakin
banyaknya mobil rental
dan tidak dikenakan retribusi.
Oleh karena itu
perlu adanya peraturan
daerah yang mengatur tentang keberadaan mobil rental
artinya mobil rental juga harus dikenakan retribusi.
3) Perbaikan sarana
dan prasarana. Perbaikan
jalan menuju terminal
regional harus diperbaiki
secepatnya. Ini juga merupakan salah satu factor penyebab tidak tercapainya
retribusi terminal.
Categories
TUGAS KULIAH
Langganan:
Postingan (Atom)