Kamis, 30 Mei 2013

Posted by Rivy at 11.23

GAWAI DALOK SUKU UUD DANUM
BAB I
A.    LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas. kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah negara berkembang, kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah dengan menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya. dalam hal ini suku dayak kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta yang dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut kaharingan.
Dayak atau daya (ejaan lama : dajak atau dyak ) adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami pulau kalimantan ( brunei , malaysia yang terdiri dari sabah dan sarawak , serta indonesia yang terdiri dari kalimantan barat kalimantan timur kalimantan tengah, dan kalimantan selatan). Masyarakat Dayak Uud Danum atau sering pula disebut Dayak Ot Danum-Ngaju) adalah masyarakat adat yang hidup di bumi Kalimantan. Suku ini termasuk dalam 6 suku Dayak terbesar yang ada di Kalimantan. Suku Dayak Uud Danum terbagi atas 61 suku-suku kecil. Salah satu suku kecil ini bermukim di Kecamatan Serawai, Kab. Sintang, Kalimantan Barat.
Suku dayak uud danum adalah bagian dari suku-suku yang ada dikalimantan sedangkan gawai dalok adalah bagian dari adat dayak uud danum yang artinya suatu bentuk penghormatan terhadap arwah keluarga ataupun nenek monyang,adat ini digunakan dalam acara pesta kematian. Kematian merupakan tema sentral dari kehidupan masyarakat Uud Danum. Ada berbagai macam kekayaan mitos yang terkandung dalam tema ini. Dalam seluruh perjalanan kehidupan masyarakat ini, upacara kematian menjadi semacam upacara “puncak” pengembaraan manusia di dunia. Upacara kematian ini dinamakan UpacaraDalo’, yaitu upacara untuk mengantar arwah yang sudah mati menuju tempat kediaman abadi. Bagi masyarakat Dayak Uud Danum, tempat ini adalah tempat yang indah di mana Dia Yang Mahatinggi (Tahala’) berada. Upacara ini bisa dikatakan sebagai upacara pemakaman yang kedua. Upacara pemakaman yang pertama dilakukan ketika orang baru saja meninggal. Setelah beberapa waktu orang ini dikuburkan, kuburan ini akan digali lagi dan tulang-belulangnya akan dipindahkan ke suatu tempat yang baru. Inilah yang dimaksud dengan Upacara Dalok (Upacara Angkat Tulang).
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu gawai dalok ?
2.      Tarian-tarian apa saja yang digunakan dalam gawai dalok?
3.      Bagaimana pergeseran dayak uud danum khususnya gawai dalok di Kalimantan Barat

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui penjelasan tentang gawai dalok
2.      Mengetahui tarian-tarian yang digunakan dalam gawai dalok.
3.      Mengetahui pergeseran dayak uud danum khususnya gawai dalok di Kalimantan Barat.

BAB II
D.    PEMBAHASAN

a.       Pengertian Gawai Dalok
Gawai Dalok adalah bentuk penghormatan terhadap arwah keluarga dan  nenek moyang tersebut, diwujudkan dalam sebuah gawai besar yang disebut dengan istilah gawai dalok. Dalam gawai ini, setiap orang mengambil tulang belulang keluarga dan nenek moyang masing-masing dari dalam kubur. tulang-tulang tersebut lalu dimasukan ke dalam gong dan disimpan di rumah khusus. sampai pada akhirnya tulang-tulang tersebut akan dimasukan ke dalam kediring atau sandung yang berukuran 3 x 2 meter. dalam gawai dalok, ada sekitar 15 orang yang mengambil tulang leluhur. karena gawai dalok menghabiskan biaya besar, masyarakat dayak uud danum hanya melaksanakan gawai ini dalam kurun waktu 10 tahun sekali.Gawai dalok merupakan gawai untuk memberikan penghormatan tertinggi dan terakhir dalam siklus kematian masyarakat dayak uud danum. Setelah dikubur, arwah keluarga dan nenek moyang uud danum masih dalam perjalanan menuju surga. Gawai dalok dilaksanakan untuk mengantarkan arwah mereka ke surga.
Pesta Dalo’ dibagi menjadi dua tingkatan yaitu Dalo’ Nahpeng dan Dalo’ Kodiring. Dalo’ Nahpeng adalah Dalo’ yang tidak dibuat Kodiring (rumah tulang) dan tulang tidak diangkat dari kuburnya. Tetapi hanya kuku atau rambut saja yang di pahat pada Sopundu’. Jika hal ini dilakukan, maka diyakini sang arwah di alam baka hanya mempunyai sebuah Takun (kamar) di dalam rumah (betang) yang permanen.Dalo’ Ngodiring maksudnya adalah upacara adat Dalo’ dengan membuat Kodiring(rumah tulang). Jika hal itu dilakukan maka bagi arwah orang yang di Dalo’ di alam baka akan mempunyai sebuah Lovu (rumah yang sangat permanen). Pada upacaraDalo’ ini, jika penyelenggaraannya membunuh kerbau, maka selain Torasch danSopondu’, juga harus mendirikan Sokalan (semacam tiang dari kayu belian besar dan tinggi, pada puncaknya ditempatkan sebuah tempayan). 
Pesta Dalo’ dibuka dengan upacara Nohkak Ucak (menumbuk padi). Upacara ini dilakukan pertama-tama untuk memberitahu Tahala’ bahwa tuan rumah akan mengadakan pesta mengantarkan arwah keluarganya yang telah meninggal sehinggaTahala’ berkenan mengijinkan dan memberkati pesta ini.
Dalam upacara Dalo’ ini, Sopundu’ termasuk benda sentral dalam upacara.Sopundu’ tidak langsung dipasang/ditancap di halaman rumah. Ada upacara awal yang dilaksanakan untuk memasang Sopundu’. Upacara ini disebut Ngitot Sopundu’(mengantar Sopundu’). Setelah upacara ini selesai, barulah Sopundu’ bisa didirikan. Pada jaman dahulu, tuan rumah akan meletakkan kepala manusia di bawah Sopundu’untuk menjadi kurban/tumbal bagi Sopundu’ tersebut. Kepala manusia ini diperoleh dari mengayau. Namun kebiasaan ini telah dihentikan sejak disepakatinya perjanjian Tumbang Anoi di bumi Kalimantan. Pada tiang Sopundu’ ini biasanya digantung kepala hewan kurban. Kepala ini dimaksudkan sebagai ucapan syukur kepadaTahala’.
Orang Uud Danum percaya bahwa roh Sopundu’ inilah yang akan menjadi budak bagi arwah yang dihantarkan itu. Budaknya ini akan melayani arwah yang dihantarkan itu saat telah berada di Betang abadi. Budaknya inilah yang akan mencuci pakaian, memasak, berburu, ataupun mencari kayu bakar untuk tuannya. Segala macam peralatan yang akan dipakai oleh budak ini nanti dipersiapkan dalam upacaraPuhkung Upacara terakhir yang sangat penting adalah mengantarkan tulang keKodiring/Sandung. Kodiring adalah sebuah rumah kecil berbentuk betang. Rumah ini berfungsi untuk menampung tulang-belulang sanak keluarga yang telah menjalani pestaDalo’. Kodiring ini adalah miniatur surga bagi arwah yang telah meninggal. Pada jaman dahulu, ada kebiasaan untuk mengabukan tulang-tulang tersebut sehingga yang dibawa masuk ke Kodiring adalah abu dalam guci kecil. Pengabuan ini dimaksudkan sebagai penghapusan dosa dan salah dari arwah yang telah meninggal. Namun kebiasaan ini telah lama ditinggalkan. Tulang belulang orang yang dipestakan ini dibawa oleh suami, istri, ataupun anak-anaknya. Untuk membawa tulang ini, ia harus mengenakan Takui Dalo’, mandau, dan kain penggendong. Tulang belulang ini diletakkan di dalam kain tersebut. Upacara pengantaran terakhir ini disebut Naloh. Dengan dihantarkannya tulang-belulang ini ke Kodiring, masyarakat Uud Danum meyakini bahwa arwah yang dihantarkan telah sampai ke Betang abadinya. Untuk mengusir segenap roh jahat ataupun Otu’ (hantu) yang mengikuti masyarakat selama pesta Dalo’, diadakanlah Hopohau’
Dari seluruh rangkaian upacara ini, bisa disimpulkan bahwa masyarakat Uud Danum percaya bahwa ada kehidupan lagi setelah kematian. Mereka percaya bahwa arwah-arwah yang sudah meninggal itu tetap memiliki jiwa dan raga yang utuh. Dengan kata lain, manusia dalam pandangan suku Dayak Uud Danum bersifatimmortal (abadi) baik jiwa dan raganya. Karena itulah orang-orang yang telah mati ini tetap diberi makan (pacuh) oleh anggota keluarga yang masih hidup. Ada realitas baru dan berkelanjutan sesudah kematian. Manusia yang telah mati tidak akan kehilangan identitasnya jika ia mati. Karena itu, kehidupan di dunia yang selanjutnya ini perlu dipersiapkan. Pembahasan dalam sub-judul ini akan ditekankan pada aspek jiwa manusia di alam keabadian setelah ia mati. Alasannya: aspek inilah yang memiliki pertautan harmonis dengan pandangan Plato tentang jiwa (dalam bahasa Plato bisa disejajarkan dengan “idea”) setelah kematian badani.
Jiwa manusia dalam pandangan masyarakat Uud Danum akan tetap abadi di alam keabadian. Jiwa bukanlah benda/roh/zat yang tak berwujud. Karena itu, jiwa manusia akan mengambil bentuk badaninya pada saat ia berada di keabadian. Jika pada saat masih di dunia ia berwujud pria, maka di alam keabadian ia pun akan mengambil wujud pria. Jiwa manusia di alam keabadian akan menjalankan realitas baru sesuai dengan hakekatnya sebagai jiwa berwujud. Realitas baru yang dimaksudkan di sini bukan berarti bahwa jiwa manusia di alam keabadian akan diperbaharui secara total. Realitas baru di sini mengandaikan sebuah alam dan suasana baru. Jiwa manusia pada dasarnya sudah ada pada saat sebelum, saat, dan sesudah hidup di dunia. Artinya, jiwa yang ada saat sebelum kehidupan adalah jiwa yang sama saat sesudah kematian. Karena itu, masyarakat Uud Danum meyakini bahwa jiwa manusia akan tetap hidup sebagaimana ia hidup di dunia orang hidup. Ia masih membuka ladang dan berburu. Ia masih tinggal di betang.

b.      Tarian-tarian yang digunakan dalam Gawai Dalok
1.      Tari Kanjan
Kanjan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan sahut – menyahut baik oleh laki – laki ataupun perempuan dalam suatu pesta atau pertemuan. Apabila pesta diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimat – kalimat yang dilantunkan lebih bersifat pujian, sanjungan doa dan harapan mereka kepada tamu yang dihormati itu. Biasanya acara disertai jamuan alakadarnya.
2.      Tari Tasai
Tari Tasai adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh penari secara beramai-ramai dengan mengelilingi patung yang telah di buat dalam acara gawai darok atau pesta kematian.
3.      Tari Alu
Tari alu adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh seorang penari di atas alu,tarian ini biasanya dilakukan dengan cara berpasangan untuk memeriahkan acara pesta gawai darok yang telah diselengarakan.

c.       Penyebab Terjadinya Pergeseran Dayak Uud Danum
Karena budayaan-budayaan asing yang telah mulai banyak datang di indonesia dan menyebab kan masyarakat yang akan lupa adat istiadat nya sendiri. Karena penyebab nya banyak masuk hal-hal kebuyaan asing atau alat-alat moderen dan menyebab kan pudar nya menguasai seni kebudayaan sendiri.Begitu juga yang terjadi pada kebudayaan Dayak Uud Danum yang masih mengikuti arus perkembangan Moderen sehingga dapat membuat pudarnya kebudayaan dan kebiasaan adat dayak uud danum.Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pergesernya adat dayak uud danum yaitu:
·         Timbulnya pemikiran bagi orang2 berpedidikan lebih, untuk mempersingkat waktu pelaksana acara gawai darok, sehingga sekarang pelaksanaan gawai darok dilakukan secara sepontan. 
·         Masuknya kebudayaan asing dalam segi musik dan tarian asing, sehingga membuat para generasi muda lebih cenderung  menyukai kebudayaan asing.
·         Timbulnya kemajuan teknologi seperti,VCD,TV,dan Hp yang dapat membuat masyarakat dayak uud danum lupa akan keterampilan dan potensi yang dimiliki.

BAB III
E.     PENUTUP
a.       Kesimpulan
Sebagian masyarakat dayak uud danum pada dasarnya sangat menghargai kebudayaan asing dan juga menghormati kebudayaan leluhurnya,karena dalam kehidupan masyarakat dayak uud danum sangat percaya dengan adanya kebudayaan leluhurnya.apapun yang ditinggalkan oleh kebudayaan leluhurnya itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka akan ada bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitarnya .
b.      Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya yang ada di Negara barat melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari Negara kita adalah budaya suku dayak uud danum Tentu bukan hanya budaya dayak yang ada di negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang belum kita ketahui . Maka dari itu kita harus mengenal budaya kita sendiri dan mulai memberikan wawasan kepada anak-anak sejak dini agar memahami beragam budaya yang ada di Negeri tercinta ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_Ot_Danum; dikutip pada tanggal 4 September 2012, pukul 19.41 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Betang; diakses pada tanggal 4 September 2012, pukul 19.43 WIB
http://www.kebudayaan-dayak.org/index.php?title=Upacara_Adat_Dalo%27_Dayak_Uud_Danum; diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 08.29 WIB
http://banuadayak.blogspot.com/2010/08/kepercayaan-dan-agama-orang-dayak.html, diakses pada tanggal 24 September 2012, pukul 17.52 WIB
http://nikolaskristiyantosj.wordpress.com/2012/08/11/tubuh-dan-jiwa/, diakses pada tanggal 30 September 2012, pukul 23.09 WIB
http://annisa52.wordpress.com/2012/05/23/mengapa-bakteri-anti-mumi/, diakses pada tanggal 4 Oktober 2012, pukul 8.23 WIB
http://8tunas8.wordpress.com/72/, diakses pada tanggal 8 Oktober 2012, pukul 13.59 WIB



0 comments:

Posting Komentar

 

BLUE BUTTERFLY Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting