GAWAI
DALOK SUKU UUD DANUM
BAB
I
A. LATAR
BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural
terbesar di dunia. hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama
maupun geografis yang begitu beragam dan luas. kebudayaan adalah salah satu aset
penting bagi sebuah negara berkembang, kebudayaan tersebut untuk sarana
pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah dengan menjadikannya
tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya. dalam hal ini suku dayak
kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga kebudayaan tersebut
sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta yang
dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut kaharingan.
Dayak atau daya (ejaan lama : dajak atau
dyak ) adalah nama
yang oleh penduduk
pesisir pulau
borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami pulau kalimantan ( brunei , malaysia yang terdiri dari sabah dan sarawak , serta indonesia yang
terdiri dari kalimantan
barat kalimantan timur
, kalimantan tengah, dan kalimantan
selatan).
Masyarakat
Dayak Uud Danum atau sering pula disebut Dayak Ot Danum-Ngaju) adalah
masyarakat adat yang hidup di bumi Kalimantan. Suku ini termasuk dalam 6 suku
Dayak terbesar yang ada di Kalimantan. Suku Dayak Uud Danum terbagi atas 61
suku-suku kecil. Salah satu suku kecil ini bermukim di Kecamatan Serawai, Kab.
Sintang, Kalimantan Barat.
Suku dayak uud danum adalah bagian dari suku-suku yang
ada dikalimantan sedangkan gawai dalok adalah bagian dari adat dayak uud danum yang artinya
suatu bentuk penghormatan terhadap arwah keluarga ataupun nenek monyang,adat
ini digunakan dalam acara pesta kematian. Kematian merupakan
tema sentral dari kehidupan masyarakat Uud Danum. Ada berbagai macam kekayaan
mitos yang terkandung dalam tema ini. Dalam seluruh perjalanan kehidupan
masyarakat ini, upacara kematian menjadi semacam upacara “puncak” pengembaraan
manusia di dunia. Upacara
kematian ini dinamakan UpacaraDalo’, yaitu upacara untuk mengantar
arwah yang sudah mati menuju tempat kediaman abadi. Bagi masyarakat Dayak Uud Danum,
tempat ini adalah tempat yang indah di mana Dia Yang Mahatinggi (Tahala’) berada. Upacara ini bisa dikatakan sebagai upacara
pemakaman yang kedua. Upacara pemakaman yang pertama dilakukan ketika orang
baru saja meninggal. Setelah beberapa waktu orang ini dikuburkan, kuburan ini
akan digali lagi dan tulang-belulangnya akan dipindahkan ke suatu tempat yang
baru. Inilah yang dimaksud dengan Upacara Dalok (Upacara Angkat Tulang).
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
itu gawai dalok ?
2.
Tarian-tarian apa saja yang digunakan dalam gawai dalok?
3.
Bagaimana
pergeseran dayak uud danum khususnya gawai dalok di Kalimantan Barat
C. TUJUAN
1. Mengetahui
penjelasan tentang gawai dalok
2. Mengetahui
tarian-tarian yang digunakan dalam gawai dalok.
3. Mengetahui
pergeseran dayak uud danum khususnya gawai dalok di Kalimantan Barat.
BAB II
D. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Gawai Dalok
Gawai Dalok adalah
bentuk penghormatan terhadap arwah keluarga dan nenek moyang tersebut,
diwujudkan dalam sebuah gawai besar yang disebut dengan istilah gawai dalok. Dalam gawai
ini, setiap orang mengambil tulang belulang keluarga dan nenek moyang
masing-masing dari dalam kubur. tulang-tulang tersebut lalu dimasukan ke dalam
gong dan disimpan di rumah khusus. sampai pada akhirnya tulang-tulang tersebut
akan dimasukan ke dalam kediring atau sandung yang berukuran 3 x 2
meter. dalam gawai dalok, ada sekitar
15 orang yang mengambil tulang leluhur. karena gawai dalok menghabiskan
biaya besar, masyarakat dayak uud danum hanya melaksanakan gawai ini dalam
kurun waktu 10 tahun sekali.Gawai dalok merupakan
gawai untuk memberikan penghormatan tertinggi dan terakhir dalam siklus
kematian masyarakat dayak uud danum.
Setelah dikubur, arwah keluarga dan nenek moyang uud danum masih dalam perjalanan
menuju surga. Gawai dalok dilaksanakan
untuk mengantarkan arwah mereka ke surga.
Pesta Dalo’ dibagi menjadi dua tingkatan yaitu Dalo’ Nahpeng dan Dalo’ Kodiring. Dalo’ Nahpeng adalah Dalo’ yang tidak dibuat Kodiring (rumah tulang) dan tulang tidak
diangkat dari kuburnya. Tetapi hanya kuku atau rambut saja yang di pahat pada Sopundu’. Jika hal ini
dilakukan, maka diyakini sang arwah di alam baka hanya mempunyai sebuah Takun (kamar) di dalam rumah (betang) yang
permanen.Dalo’ Ngodiring maksudnya
adalah upacara adat Dalo’ dengan membuat Kodiring(rumah tulang). Jika
hal itu dilakukan maka bagi arwah orang yang di Dalo’ di alam baka akan mempunyai sebuah Lovu (rumah yang sangat permanen). Pada
upacaraDalo’ ini, jika
penyelenggaraannya membunuh kerbau, maka selain Torasch danSopondu’, juga harus
mendirikan Sokalan (semacam tiang dari kayu belian besar
dan tinggi, pada puncaknya ditempatkan sebuah tempayan).
Pesta Dalo’ dibuka dengan upacara Nohkak Ucak (menumbuk padi). Upacara ini dilakukan
pertama-tama untuk memberitahu Tahala’ bahwa tuan rumah akan mengadakan pesta
mengantarkan arwah keluarganya yang telah meninggal sehinggaTahala’ berkenan mengijinkan dan memberkati
pesta ini.
Dalam upacara Dalo’ ini, Sopundu’ termasuk benda sentral dalam upacara.Sopundu’ tidak langsung dipasang/ditancap di
halaman rumah. Ada upacara awal yang dilaksanakan untuk memasang Sopundu’. Upacara ini disebut Ngitot Sopundu’(mengantar Sopundu’). Setelah upacara
ini selesai, barulah Sopundu’ bisa didirikan. Pada jaman
dahulu, tuan rumah akan meletakkan kepala manusia di bawah Sopundu’untuk menjadi
kurban/tumbal bagi Sopundu’ tersebut. Kepala manusia ini
diperoleh dari mengayau. Namun kebiasaan ini telah dihentikan sejak
disepakatinya perjanjian Tumbang Anoi di bumi Kalimantan. Pada tiang Sopundu’ ini biasanya digantung kepala hewan
kurban. Kepala ini dimaksudkan sebagai ucapan syukur kepadaTahala’.
Orang Uud Danum percaya bahwa roh Sopundu’ inilah yang akan menjadi budak
bagi arwah yang dihantarkan itu. Budaknya ini akan melayani arwah yang
dihantarkan itu saat telah berada di Betang abadi. Budaknya inilah yang akan
mencuci pakaian, memasak, berburu, ataupun mencari kayu bakar untuk tuannya.
Segala macam peralatan yang akan dipakai oleh budak ini nanti dipersiapkan dalam
upacaraPuhkung Upacara terakhir yang sangat penting adalah
mengantarkan tulang keKodiring/Sandung. Kodiring adalah sebuah rumah kecil berbentuk
betang. Rumah ini berfungsi untuk menampung tulang-belulang sanak keluarga yang
telah menjalani pestaDalo’. Kodiring ini adalah miniatur surga bagi arwah
yang telah meninggal. Pada jaman dahulu, ada kebiasaan untuk mengabukan
tulang-tulang tersebut sehingga yang dibawa masuk ke Kodiring adalah abu dalam guci kecil. Pengabuan
ini dimaksudkan sebagai penghapusan dosa dan salah dari arwah yang telah
meninggal. Namun kebiasaan ini telah lama ditinggalkan. Tulang belulang orang
yang dipestakan ini dibawa oleh suami, istri, ataupun anak-anaknya. Untuk
membawa tulang ini, ia harus mengenakan Takui
Dalo’, mandau, dan kain penggendong. Tulang belulang ini diletakkan di
dalam kain tersebut. Upacara pengantaran terakhir ini disebut Naloh. Dengan dihantarkannya
tulang-belulang ini ke Kodiring,
masyarakat Uud Danum meyakini bahwa arwah yang dihantarkan telah sampai ke
Betang abadinya. Untuk mengusir segenap roh jahat ataupun Otu’ (hantu) yang mengikuti masyarakat
selama pesta Dalo’,
diadakanlah Hopohau’
Dari seluruh rangkaian upacara ini, bisa disimpulkan bahwa masyarakat Uud Danum percaya bahwa ada kehidupan lagi setelah kematian. Mereka percaya bahwa arwah-arwah yang
sudah meninggal itu tetap memiliki jiwa dan
raga yang utuh. Dengan
kata lain, manusia dalam pandangan suku Dayak Uud Danum bersifatimmortal (abadi) baik jiwa dan raganya. Karena itulah
orang-orang yang telah mati ini tetap diberi makan (pacuh) oleh
anggota keluarga yang masih hidup. Ada realitas baru dan berkelanjutan sesudah
kematian. Manusia yang telah mati tidak akan kehilangan identitasnya jika ia
mati. Karena itu, kehidupan di
dunia yang selanjutnya ini perlu dipersiapkan. Pembahasan dalam sub-judul ini akan
ditekankan pada aspek jiwa manusia di alam keabadian setelah ia mati.
Alasannya: aspek inilah yang memiliki pertautan harmonis dengan pandangan Plato
tentang jiwa (dalam bahasa Plato bisa disejajarkan dengan “idea”) setelah
kematian badani.
Jiwa manusia dalam pandangan masyarakat Uud Danum akan tetap abadi
di alam keabadian. Jiwa bukanlah benda/roh/zat yang tak berwujud. Karena itu,
jiwa manusia akan mengambil bentuk badaninya pada saat ia berada di keabadian.
Jika pada saat masih di dunia ia berwujud pria, maka di alam keabadian ia pun
akan mengambil wujud pria. Jiwa manusia di alam keabadian akan menjalankan
realitas baru sesuai dengan hakekatnya sebagai jiwa berwujud. Realitas baru
yang dimaksudkan di sini bukan berarti bahwa jiwa manusia di alam keabadian
akan diperbaharui secara total. Realitas baru di sini mengandaikan sebuah alam
dan suasana baru. Jiwa manusia pada dasarnya sudah ada pada saat sebelum, saat,
dan sesudah hidup di dunia. Artinya, jiwa yang ada saat sebelum kehidupan
adalah jiwa yang sama saat sesudah kematian. Karena itu, masyarakat Uud Danum
meyakini bahwa jiwa manusia akan tetap hidup sebagaimana ia hidup di dunia
orang hidup. Ia masih membuka ladang dan berburu. Ia masih tinggal di betang.
b. Tarian-tarian yang digunakan dalam Gawai Dalok
1.
Tari Kanjan
Kanjan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan sahut – menyahut baik
oleh laki – laki ataupun perempuan dalam suatu pesta atau pertemuan. Apabila
pesta diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimat – kalimat yang
dilantunkan lebih bersifat pujian, sanjungan doa dan harapan mereka kepada tamu
yang dihormati itu. Biasanya acara disertai jamuan alakadarnya.
2.
Tari Tasai
Tari Tasai adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh penari secara
beramai-ramai dengan mengelilingi patung yang telah di buat dalam acara gawai
darok atau pesta kematian.
3.
Tari Alu
Tari alu adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh seorang penari di atas
alu,tarian ini biasanya dilakukan dengan cara berpasangan untuk memeriahkan
acara pesta gawai darok yang telah diselengarakan.
c. Penyebab Terjadinya Pergeseran Dayak Uud Danum
Karena budayaan-budayaan asing yang
telah mulai banyak datang di indonesia dan menyebab kan masyarakat yang akan
lupa adat istiadat nya sendiri. Karena penyebab nya banyak masuk hal-hal kebuyaan asing
atau alat-alat moderen dan menyebab kan pudar nya menguasai seni kebudayaan
sendiri.Begitu juga yang terjadi pada kebudayaan Dayak Uud Danum yang masih
mengikuti arus perkembangan Moderen sehingga dapat membuat pudarnya kebudayaan
dan kebiasaan adat dayak uud danum.Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
pergesernya adat dayak uud danum yaitu:
·
Timbulnya pemikiran bagi orang2
berpedidikan lebih, untuk mempersingkat waktu pelaksana acara gawai darok, sehingga
sekarang pelaksanaan gawai darok dilakukan secara sepontan.
·
Masuknya kebudayaan asing dalam segi
musik dan tarian asing,
sehingga
membuat para generasi muda lebih cenderung menyukai kebudayaan
asing.
·
Timbulnya kemajuan teknologi
seperti,VCD,TV,dan Hp yang dapat membuat masyarakat dayak uud danum lupa akan
keterampilan dan potensi yang dimiliki.
BAB III
E.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sebagian masyarakat dayak uud danum pada dasarnya sangat menghargai
kebudayaan asing dan juga menghormati kebudayaan leluhurnya,karena dalam
kehidupan masyarakat dayak uud danum sangat percaya dengan adanya kebudayaan
leluhurnya.apapun yang ditinggalkan oleh kebudayaan leluhurnya itulah yang
wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka
akan ada bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitarnya .
b. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan
yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya yang ada di
Negara barat melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari Negara kita
adalah budaya suku dayak uud danum Tentu bukan hanya budaya dayak yang ada di
negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang belum kita ketahui
. Maka dari itu kita harus mengenal budaya kita sendiri dan mulai memberikan
wawasan kepada anak-anak sejak dini agar memahami beragam budaya yang ada di
Negeri tercinta ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_Ot_Danum; dikutip pada tanggal 4 September 2012, pukul 19.41 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Betang; diakses pada tanggal 4 September 2012, pukul 19.43 WIB
http://www.kebudayaan-dayak.org/index.php?title=Upacara_Adat_Dalo%27_Dayak_Uud_Danum; diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 08.29 WIB
http://banuadayak.blogspot.com/2010/08/kepercayaan-dan-agama-orang-dayak.html, diakses pada tanggal 24 September 2012, pukul 17.52 WIB
http://theologyphilosophy07.blogspot.com/p/menelusuri-pandangan-plato-mengenai_4600.html, diakses pada tanggal 30 September 2012, pukul 20.15 WIB
http://nikolaskristiyantosj.wordpress.com/2012/08/11/tubuh-dan-jiwa/, diakses pada tanggal 30 September 2012, pukul 23.09 WIB
http://annisa52.wordpress.com/2012/05/23/mengapa-bakteri-anti-mumi/, diakses pada tanggal 4 Oktober 2012, pukul 8.23 WIB
http://8tunas8.wordpress.com/72/, diakses pada tanggal 8 Oktober 2012, pukul 13.59 WIB
0 comments:
Posting Komentar