Jumat, 04 Juli 2014

CONTOH TUGAS KLIPING kEBANKSENTRALAN

Posted by Rivy at 13.54
Artikel mengenai inflasi
BI Prediksi Inflasi 4,9% pada 2014
 13 Feb 2014 20:15
Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi tahunan akan berada di level 4,9% pada 2014. Inflasi tertinggi diproyeksikan terjadi pada semester kedua 2014.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, perkiraan tersebut disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penyelenggaran pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran.

"Kami sudah perhitungkan dampak kenaikan harga pangan, depresiasi nilai tukar rupiah. Kami sudah perhitungkan TDL, itu semua sudah all in sesuai permintaan kawan-kawan, itu perkiraan kami 4,9% pada akhir tahun 2014," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Kamis (13/2/2014).

Perry menambahkan, soal pergerakan angka inflasi masih akan sesuai dengan tahun sebelumnya. Inflasi tertinggi akan mencapai puncak pada semester kedua. Apalagi mengingat penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran berada dalam waktu berdekatan. "Di mana pola bulanannya Februari akan turun perkiraan tidak lebih dari 0,6%, Maret akan lebih rendah, April rendah, agak sedikit naik di Mei, Peak nya itu Juli sama Agustus," kata Perry.

Tidak hanya itu, Perry juga menambahkan,  Bank Indonesia masih akan terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat pada akhir tahun. Menurut Perry, kondisi Current Account/transaksi berjalan saat ini masih belum sehat mengingat masih di atas 3% dari Product Domestic Bruto (PDB) pada 2013. "Yang kami anggap current account yang sehat itu kan sekitar 2% dari PDB, jadi begitu kan masih perlu ada upaya agar bagaimana pemintaan domestik itu terjadi moderasi, sehingga secara keseluruhan mengarah yang lebih sehat," pungkas Perry.

Seperti diketahui, inflasi mencapai 8,38% pada 2013. Inflasi tercatat 1,07% pada Januari 2014 dibandingkan periode sama sebelumnya 1,03%. Kenaikan inflasi itu terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, dan lainnya. (Yas/Ahm)


A.  Pendahuluan
Inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat menyedot perhatian para pengamat ekonomi. Seperti sebuah penyakit, inflasi timbul karena berbagai alasan. Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan dan sebagian lagi timbul dari sisi penawaran. Secara teoritis pengertian inflasi merujuk kepada  perubahan tingkat harga(barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat.
Untuk itu inflasi harus dapat segera diatasi, karena inflasi yang buruk akan mengurangi investasi diikuti dengan berkurangnya kegiatan ekonomi dan bertambahnya pengangguran sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Maka dari itu Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia melakukan prediksi tingkat inflasi untuk tahun 2014 yang bertujuan untuk mempersiapakan rencana-rencana kebijakan dan hal apa saja yang akan dilakukan untuk mencegahnya atau mengurangi tingginya level inflasi agar perekonomian Indonesia sehat.

B.  Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kliping ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat rata-rata prediksi inflasi tahun 2014 .

C.  Pembahasan
       Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Umum berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tapi kenaikan harga itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja, misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan harga pada kondisi tertentu tidak menjadi permasalahan kerena harga akan kembali normal.
       Karena inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat penting, untuk itulah Bank Indonesia selalu memperhatikan tingkat inflasi guna untuk merencanakan kebijakan-kebijakan apa saja yang akan dibuat dan dilakukan bila terjadi inflasi yang tinggi. Untuk tingkat inflasi pada tahun 2014, Bank Indonesia memperkirakan bahwa inflasi tahunan akan berada di level 4,9%. Inflasi tertinggi diproyeksikan terjadi pada semester kedua 2014. Perkiraan tersebut disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penyelenggaran pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran dalam waktu berdekatan dimana pola bulanannya Februari akan turun perkiraan tidak lebih dari 0,6%, Maret akan lebih rendah, April rendah, agak sedikit naik di Mei, Peak nya itu Juli sama Agustus namun pergerakan angka inflasinya masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu 8,38%. Sehingga Bank Indonesia terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat yaitu sekitar 2% dari PDB pada akhir tahun.
D.  Kesimpulan
       Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi tahunan akan berada di level 4,9% pada 2014. Inflasi tertinggi diproyeksikan terjadi pada semester kedua 2014. Perkiraan tersebut disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penyelenggaran pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran dalam waktu berdekatan. Namun pergerakannya seperti pada tahun sebelumnya. Dari masalah inflasi tersebut, Bank Indonesia masih terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat pada akhir tahun.

E.  Saran
     Saran yang dapat diberikan untuk kliping tentang inflasi ini adalah :
1.      Pemerintah dan Bank Indonesia berusaha menekan inflasi serendah-redahnya karena inflasi tidak dapat dihapus sama sekali
2.      Bank Indonesia mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga.
3.      Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pajak, bea masuk

Artikel Perbankan
Awal 2014, Pertumbuhan kredit baru perbankan melambat

Awal 2014, Pertumbuhan kredit baru 
Sepanjang triwulan I tahun ini pertumbuhan kredit baru perbankan masih dalam tren melambat. Hal itu tercermin dari survei Bank Indonesia yang menyebut nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Perbankan triwulan I/2014 sebesar 21,7 persen, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 88,5 persen. "Survei menunjukkan perlambatan tersebut bersumber dari melambatnya seluruh jenis penggunaan kredit, ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (15/4). Menurutnya, penurunan kredit baru tersebut sejalan dengan proses moderasi perekonomian ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara pada triwulan II 2014, hasil survei bank sentral memperkirakan adanya penguatan pertumbuhan kredit baru yang diiringi dengan kenaikan suku bunga kredit. Suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami kenaikan masing-masing menjadi 13,53 persen, 13,04 persen dan 14,82 persen. "Pertumbuhan kredit pada tahun 2014 diperkirakan melambat menjadi 18 persen (yoy), lebih rendah dari perkiraan survei sebelumnya 19,1 persen (yoy)," jelas dia. Perkiraan tersebut semakin mendekati target pertumbuhan kredit 2014 Bank Indonesia sebesar 15 persen-17 persen.
A.    Pendahuluan
Pada umumnya Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima Simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Kemudian Bank dikenal juga sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal untuk menukar uang, atau menerima segala bentuk pembayaran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan sebagainya. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masayarakat serta memberikan jasanya dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga fungsi utama Bank yaitu:
·         Bank sebagai lembaga yang mungumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
·         Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainnya
·          Bank sebagai lembaga yang memperlancar transaksi perdagangan dan dan peradara uang.
·          
B.     Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kliping ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pertumbuhan kredit baru yang melambat pada tahun 2014.
C.    Pembahasan
Kenaikan suku bunga kredit dan meningkatnya tekanan NPL menjadi pertimbangan utama melambatnya pertumbuhan kredit. Survei menunjukkan perlambatan pertumbuhan kredit tersebut bersumber dari melambatnya seluruh jenis penggunaan kredit, terutama kredit konsumsi. Khusus kredit konsumsi, perlambatan kredit baru terjadi pada seluruh jenis konsumsi. Penurunan terbesar terhadap permintaan kredit baru terjadi pada KPR/KPA sebagai respons atas kenaikan suku bunga dan di terapkannya kebijakan lanjutan Bank Indonesia mengenai LTV pada september 2013 dan perlambatan pertumbuhan kredit berlanjut pada tahun 2014. Departemen Komunikasi BI, mengatakan, pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat dari 20% year on year (yoy) pada Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014. , kedepan pertumbuhan kredit perbankan akan terus melambat, karena pertumbuhan ekonomi mulai melambat ke level 5,5%-5,9% sehingga permintaan pinjaman untuk kebutuhan modal kerja dari debitur akan mulai menurun. Perkiraan tersebut semakin mendekati target pertumbuhan kredit 2014 Bank Indonesia sebesar 15 persen-17 persen. Pada awal tahun 2014 permintaan kredit belum besar karena faktor ekonomi dan cuaca. Misalnya, pertumbuhan ekonomi belum stabil dan hujan masih terus turun sehingga menyulitkan pembangunan rumah. Hasil Survei Perbankan menunjukkan suku bunga perbankan baik suku bunga dana maupun suku bunga kredit, diperkirakan meningkat pada kuartal I 2014. Rata-rata responden memperkirakan suku bunga dana (cost of fund) meningkat 128 basis poin, adapun suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing naik 27, 16, dan 6 basis poin.
D.    Kesimpulan
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat dari 20% year on year (yoy) pada Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014. , kedepan pertumbuhan kredit perbankan akan terus melambat, karena pertumbuhan ekonomi mulai melambat ke level 5,5%-5,9% sehingga permintaan pinjaman untuk kebutuhan modal kerja dari debitur akan mulai menurun. Perkiraan tersebut semakin mendekati target pertumbuhan kredit 2014 Bank Indonesia sebesar 15 persen-17 persen. Pada awal tahun 2014 permintaan kredit belum besar karena faktor ekonomi dan cuaca. Misalnya, pertumbuhan ekonomi belum stabil dan hujan masih terus turun sehingga menyulitkan pembangunan rumah.
E.     Saran
Saran yang dapat diberikan untuk kliping tentang Pertumbuhan kredit baru perbankan melambat ini adalah :
·         Bi seharusnya mereview kembali tentang kebijakan di bidang perkreditan agar pertumbuhan kredit baru perbankan tidak melambat.
·         BI seharusnya kembali melihat bank-bank penyalur kredit dan proses pengkreditan harus berdasarkan kebijakan BI terkait perkreditan dan langkah pengawasan.
Artikel Tentang Suku Bunga (BI Rate)
BI Rate Bakal Naik Jadi 8% di Akhir 2014(16 Apr 2014 17:06)
Liputan6.com, Jakarta
 Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) diperkirakan tidak akan mengalami penurunan hingga akhir tahun 2014, justru diperkirakan naik 50 basis poin hingga akhir tahun 2014.
"Kami memperkirakan BI akan menaikkan BI Rate lagi sebesar 50 bps ke 8% di akhir tahun 2014", ungkap Econom Bank Standard Chartered, Eric Sugandi di Hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu (16/4/2014).Kenaikan BI Rate tersebut dilakukan diperkirakan untuk mengantisipasi terjadinya tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari beberapa faktor yang mampu memengaruhinya. Faktor itu mulai dari masih defisit neraca transaksi berjalan hingga risiko akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS).Eric menambahkan namun potensi kenaikan tersebut juga akan tergantung dengan hasil penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan dilakukan pada Juli 2014. Saat ini BI Rate berada di kisaran 7,5%. "Tapi ada peluang juga bisa ditunda di tahun depan catatan yang tidak ada gejolak pemilu," ujar Eric.
Sementara di kesempatan yang sama, Senior Ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan, menyatakan kecil kemungkinan BI memangkas BI Rate di tahun ini. BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi di masa-masa yang akan datang. Menurut Fauzi, persoalan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang membuat BI tetap mempertahankan BI Rate.Pasalnya, jika pemerintahan sekarang menaikkan harga BBM bersubsidi atau di pemerintahan berikutnya maka berdampak terhadap kenaikan inflasi. "Prospek kenaikan BBM dan dampak terhadap kenaikan inflasi akan menyulitkan BI menaikkan suku bunga acuan", pungkas Fauzi.

A.    PENDAHULUAN
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang di tetapkan bank indonesia dan di umumkan kepada publik. Faktor-faktor pendorong kenaikan BI rate di akhir tahun 2014 Faktor itu mulai dari masih defisit neraca transaksi berjalan hingga risiko akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) namun potensi kenaikan tersebut juga akan tergantung dengan hasil penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan dilakukan pada Juli 2014. Saat ini BI Rate berada di kisaran 7,5%. "Tapi ada peluang juga bisa ditunda di tahun depan catatan yang tidak ada gejolak pemilu,"

B.     TUJUAN
Klipping ini di susun dengan tujuan :
Untuk mengetahui alasan mengapa kenaikan BI Rate di akhir tahun 2014 tersebut dilakukan
C.    PEMBAHASAN
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) diperkirakan tidak akan mengalami penurunan hingga akhir tahun 2014, justru diperkirakan naik 50 basis poinbps ke 8%  hingga akhir tahun 2014.Kenaikan BI Rate tersebut dilakukan diperkirakan untuk mengantisipasi terjadinya tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari beberapa faktor yang mampu memengaruhinya. Faktor itu mulai dari masih defisit neraca transaksi berjalan hingga risiko akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS).kenaikan tersebut juga akan tergantung dengan hasil penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan dilakukan pada Juli 2014.
D.    KESIMPULAN
Dari artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kenaikan BI Rate tersebut dilakukan diperkirakan untuk mengantisipasi terjadinya tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari beberapa faktor yang mampu memengaruhinya, namun BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi di masa-masa yang akan datang selain itu juga kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang membuat BI tetap mempertahankan BI Rate.Pasalnya, jika pemerintahan sekarang menaikkan harga BBM bersubsidi atau di pemerintahan berikutnya maka berdampak terhadap kenaikan inflasi. "Prospek kenaikan BBM dan dampak terhadap kenaikan inflasi akan menyulitkan BI menaikkan suku bunga acuan"

E.     SARAN
Sebaiknya Bank Sentral (BI)  mengambil keputusan yang tepat dalam menetapkan Bi rate diakhir tahun 2014 ini dengan mempertimbangkan berbagai aspek tanpa mengabaikan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan terhadap perekonomian indonesia.

Artikel mengenai nilai tukar rupiah
Positif-Negatif Kebijakan BI Rate
Jumat, 06 Des 2013 07:47 WIB - http://mdn.biz.id/n/66343/ - Dibaca: 494 kali

DI sepanjang 2013 Bank Indonesia (BI) gencar menaikkan suku bunga acuannya (BI rate). Mulai dari 6% (Juni-Juli), 6,5% (Agustus-September), 7% (Oktober) hingga menjadi 7,5% menjelang akhir November. Menaikkan dan atau menurunkan BI rate merupakan otoritas penuh BI sebagai pengambil kebijakan terkait moneter. Menaikkan BI rate , berupaya menarik rupiah yang "nongkrong" di manca negara agar kembali masuk ke Indonesia.
Dengan demikian pemilik rupiah (termasuk non rupiah) di mancanegara terpikat karena suku bunga yang menjanjikan (tinggi), sehingga menyimpan dananya di Indonesia.
Kebijakan menaikkan BI rate (hingga ke level 7,5%), oleh berbagai kalangan/pakar ekonomi dinilai bisa memberikan dampak positif atau negatif terhadap dinamika perekonomian nasional.

Dampak positif, pemerintah bisa lebih mengendalikan/menjaga inflasi dan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sedangkan dampak negatif, kebijakan menaikkan BI rate mempengaruhi sektor riil terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Melesunya kegiatan UKM, karena terbatasnya dana (tingginya suku bunga kredit perbankan) untuk para pelaku usaha kelompok ini dalam melangsungkan usahanya.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan fiskal dan BI sebagai pengambil kebijakan moneter yang bertujuan sama, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan yang realistis, harus bergerak (harmonis) meski sesuai bidang tugasnya masing-masing.
Kebijakan menaikkan BI rate, selain menarik dana di luar negeri juga guna mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya terhadap US$ atau dolar Amerika. Sekaligus mendukung "empat paket kebijakan pemerintah". Pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap US$ dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.

Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah memastikan defisit APBN 2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. Ketiga, menjaga daya beli, dan keempat, guna mempercepat investasi pemerintah mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
BI Rate dan Solusi Pemulihan Rupiah
Pengusaha/produsen dan pelaku pasar saat ini butuh kebijakan yang menghasilkan dalam waktu segera (berjangka pendek). Jika memungkinkan, pemerintah menalangi sementara selisih kurs khusus impor barang, paling tidak selama enam bulan. Selisih kelebihan biaya impor ditanggung pemerintah, sementara produsen/importir membayar harga barang impornya dipatok pada kurs (ideal) Rp 10.000 per US$.
Hanya saja, timbul pertanyaan, dengan kurs rupiah yang sudah menembus level Rp 12.000 per US$ apa ada uang pemerintah menalangi selisih kurs, misalnya sebesar Rp 2.000? Padahal cadangan devisa, transaksi perdagangan dan APBN sudah defisit (tekor). Jika kebijakan menalangi dipaksakan dikhawatirkan berpotensi menimbulkan masalah baru bagi pemerintah.
Sementara di lain pihak, akibat melemahnya nilai tukar rupiah bunga utang pemerintah juga membengkak. Terlebih jika penaikan BI rate ternyata tidak berdaya menarik rupiah/non rupiah dari mancanegara, dikhawatirkan akan merunyamkan perkenomian/keuangan negara.Guna bisa kembali menggairahkan sektor riil sebagai akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan seiring dengan kebijakan menaikkan BI rate serta empat paket kebijakan pemerintah, disarankan pemerintah mengambil langkah-langkah (solusi) berikut.
1. Memberikan insentif kepada para pengusaha industri/produsen yang menggunakan bahan baku impor untuk menggunakan US$ bernilai "patok" Rp 10.000 per US$ paling tidak dalam kurun waktu enam bulan (hingga Juni 2014).
2. Membebaskan pajak penghasilan gaji para pegawai/buruh sekaligus menjaga harmonisasi pengusaha-buruh-pemerintah agar selalu tercipta suasana kondusif.
3. Tidak menaikkan suku bunga kredit untuk perusahaan-perusahaan produsen tertentu yang menggunakan bahan impor untuk produksinya meski BI rate dinaikkan.

4. Menghapus/meniadakan (lagi) biaya-biaya siluman seperti untuk perizinan, biaya-biaya keamanan dan biaya-biaya non operasional/ekonomis lainnya.
Harus Bekerja Sama
Pemerintah dengan empat paket kebijakannya dan BI dengan kebijakan (menaikkan) BI rate-nya yang beralasan untuk mengimbangi tekanan geliat inflasi yang cenderung meliar harus saling bekerja sama secara baik.
Meski BI telah menaikkan BI rate (7,5%), mengusahakan suku bunga kredit bagi pengusaha/produsen yang menggunakan bahan impor sebagai bahan bakunya tidak dinaikkan. Sehingga, sektor riil tetap berjalan meski dengan keuntungan minim, sembari terus mencari solusi terbaik agar tingkat kepercayaan asing bisa pulih kembali.
Sementara dana-dana yang sempat keluar bisa ditarik kembali dari mancanegara, diharapkan peran aktif pemerintah untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi dan perbankan.
Juga mengupayakan agar para investor percaya menanamkan investasinya di Indonesia dengan memudahkan perijznan, membatasi gerak unjuk rasa anarkis dan menjaga stabilitas kemanan dalam negeri.

Terpenting lainnya, pemerintah wajib memberdayakan dan mengembangkan produk-produk dalam negeri (pangan dan non pangan) dengan mensupport dana, fasilitas dan pembinaan kepada para petani/perajin untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pasca terpenuhinya kebutuhan dalam negeri barulah memproduksi untuk tujuan ekspor dan mengurangi berbagai penggunaan barang-barang impor.
Terakhir, melakukan efisiensi terhadap berbagai bidang kehidupan, kedinasan, penanganan/tender berbagai proyek, dan lain-lain. Terutama pemberantasan korupsi melalui political will secara sungguh-sungguh dari pemerintah dan DPR.
(Oleh : Tigor Damanik) Penulis pemerhati ekonomi, tinggal di Medan
1.      PENDAHULUAN
Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.  Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.  Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi.  Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

2.      TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan kliping ini yaitu untuk mengetahui dampak peningkatan suku bunga terhadap  nilai tukar rupiah dan impor

3.      PEMBAHASAN
Artikel tersebut berkaitan erat dengan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk meningkatkan suku bunga (BI rate), seperti Negara maju lainnya yang mengambil kebijakan untuk menaikan suku bunga. Negara maju mulai naikan suku bunga mereka karena ekonomi mereka menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Perubahan suku bunga BI Rate dapat mempengaruhi nilai tukar.  Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar.  Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri.  Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat  pengembalian yang lebih tinggi.  Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.

4.      KESIMPULAN
Suku bunga merupakan merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu Negara yang berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi, dan pergerakan mata uang di suatu Negara. Tingkat suku bunga menentukan nilai tambah mata uang suatu Negara. Semakin tinggi suku bunga suatu mata uang, akan semakin tinggi pula permintaan akan mata uang Negara tersebut. Tingkat suku bunga diatur oleh bank sentral, dan jika dalam jangka panjang bank sentral selalu menaikan suku bunga maka trend nilai tukar mata uang Negara tersebut terhadap Negara lain akan cendrung naik. Hal ini akan terus berlangsung sampai ada faktor lain yang mempengaruhi atau bank sentral kembali menurunkan suku bunganya. Di satu pihak, nilai tukar rupiah menguntungkan dengan menurunnya utang luar negeri dan meningkatnya daya beli, disisi lain akan menyebabkan konsumsi barang impor meningkat yang menyebabkan impor juga meningkat dan ekspor menurun.

5.      SARAN
Adapun saran yang diberikan yaitu tetap melalkukan penyeimbangan kebijakan moneter dalam mengatur dan mengawasi penguatan nilai tukar rupiah, agar adanya keseimbangan antara konsumsi barang impor dan penguatan nilai tukar supaya kinerja ekonomi semakin baik kedepannya.








0 comments:

Posting Komentar

 

BLUE BUTTERFLY Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting