Artikel mengenai inflasi
BI Prediksi Inflasi 4,9% pada 2014
13 Feb 2014 20:15
Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi
tahunan akan berada di level 4,9% pada 2014. Inflasi tertinggi diproyeksikan
terjadi pada semester kedua 2014.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo
menjelaskan, perkiraan tersebut disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL),
penyelenggaran pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran.
"Kami sudah perhitungkan dampak kenaikan harga pangan, depresiasi nilai tukar rupiah. Kami sudah perhitungkan TDL, itu semua sudah all in sesuai permintaan kawan-kawan, itu perkiraan kami 4,9% pada akhir tahun 2014," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Kamis (13/2/2014).
Perry menambahkan, soal pergerakan angka inflasi masih akan sesuai dengan tahun sebelumnya. Inflasi tertinggi akan mencapai puncak pada semester kedua. Apalagi mengingat penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran berada dalam waktu berdekatan. "Di mana pola bulanannya Februari akan turun perkiraan tidak lebih dari 0,6%, Maret akan lebih rendah, April rendah, agak sedikit naik di Mei, Peak nya itu Juli sama Agustus," kata Perry.
Tidak hanya itu, Perry juga menambahkan, Bank Indonesia masih akan terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat pada akhir tahun. Menurut Perry, kondisi Current Account/transaksi berjalan saat ini masih belum sehat mengingat masih di atas 3% dari Product Domestic Bruto (PDB) pada 2013. "Yang kami anggap current account yang sehat itu kan sekitar 2% dari PDB, jadi begitu kan masih perlu ada upaya agar bagaimana pemintaan domestik itu terjadi moderasi, sehingga secara keseluruhan mengarah yang lebih sehat," pungkas Perry.
Seperti diketahui, inflasi mencapai 8,38% pada 2013. Inflasi tercatat 1,07% pada Januari 2014 dibandingkan periode sama sebelumnya 1,03%. Kenaikan inflasi itu terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, dan lainnya. (Yas/Ahm)
A. Pendahuluan
Inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat menyedot
perhatian para pengamat ekonomi. Seperti sebuah penyakit, inflasi timbul karena
berbagai alasan. Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan dan sebagian lagi
timbul dari sisi penawaran. Secara teoritis pengertian inflasi merujuk
kepada perubahan tingkat harga(barang dan jasa) umum yang terjadi secara
terus menerus akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan
penawaran agregat.
Untuk itu inflasi harus dapat segera diatasi, karena
inflasi yang buruk akan mengurangi investasi diikuti dengan berkurangnya
kegiatan ekonomi dan bertambahnya pengangguran sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Maka dari itu Bank
Indonesia sebagai bank sentral Indonesia melakukan prediksi tingkat inflasi
untuk tahun 2014 yang bertujuan untuk mempersiapakan rencana-rencana kebijakan
dan hal apa saja yang akan dilakukan untuk mencegahnya atau mengurangi
tingginya level inflasi agar perekonomian Indonesia sehat.
B. Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam kliping ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis tingkat rata-rata prediksi inflasi tahun 2014 .
C. Pembahasan
Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan
jasa secara umum dan terus menerus. Umum berarti
kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tapi kenaikan
harga itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih
lagi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus menerus
berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja, misalnya kenaikan harga
barang menjelang hari raya. Kenaikan harga pada kondisi tertentu tidak menjadi
permasalahan kerena harga akan kembali normal.
Karena inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat penting, untuk itulah
Bank Indonesia selalu memperhatikan tingkat inflasi guna untuk merencanakan
kebijakan-kebijakan apa saja yang akan dibuat dan dilakukan bila terjadi
inflasi yang tinggi. Untuk tingkat inflasi pada tahun 2014, Bank Indonesia
memperkirakan bahwa inflasi tahunan akan berada di level 4,9%. Inflasi
tertinggi diproyeksikan terjadi pada semester kedua 2014. Perkiraan tersebut
disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penyelenggaran pemilihan umum
(Pemilu) dan Lebaran dalam waktu berdekatan dimana pola bulanannya Februari
akan turun perkiraan tidak lebih dari 0,6%, Maret akan lebih rendah, April
rendah, agak sedikit naik di Mei, Peak nya itu Juli sama Agustus namun
pergerakan angka inflasinya masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu 8,38%.
Sehingga Bank Indonesia terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca
transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat yaitu sekitar 2%
dari PDB pada akhir tahun.
D. Kesimpulan
Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi tahunan akan berada di
level 4,9% pada 2014. Inflasi tertinggi diproyeksikan terjadi pada semester
kedua 2014. Perkiraan tersebut disebabkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL),
penyelenggaran pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran dalam waktu berdekatan.
Namun pergerakannya seperti pada tahun sebelumnya. Dari masalah inflasi
tersebut, Bank Indonesia masih terus berupaya dalam mengurangi defisit neraca
transaksi berjalan untuk mengarah ke kondisi yang lebih sehat pada akhir tahun.
E. Saran
Saran yang
dapat diberikan untuk kliping tentang inflasi ini adalah :
1.
Pemerintah dan Bank Indonesia
berusaha menekan inflasi serendah-redahnya karena inflasi tidak dapat dihapus
sama sekali
2.
Bank Indonesia mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga.
3.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan
tentang pajak, bea masuk
Artikel Perbankan
Awal 2014,
Pertumbuhan kredit baru perbankan melambat
Awal 2014, Pertumbuhan
kredit baru
Sepanjang triwulan I
tahun ini pertumbuhan kredit baru perbankan masih dalam tren melambat. Hal itu
tercermin dari survei Bank
Indonesia yang menyebut nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Perbankan triwulan I/2014 sebesar 21,7 persen, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 88,5 persen. "Survei menunjukkan perlambatan tersebut
bersumber dari melambatnya seluruh jenis penggunaan kredit, ujar Direktur
Eksekutif Departemen Komunikasi Bank
Indonesia Tirta Segara dalam siaran pers, Jakarta, Selasa
(15/4). Menurutnya, penurunan kredit baru tersebut sejalan dengan proses
moderasi perekonomian ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara pada
triwulan II 2014, hasil survei bank sentral memperkirakan adanya penguatan
pertumbuhan kredit baru yang diiringi dengan kenaikan suku bunga kredit. Suku
bunga kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan
II 2014 diperkirakan mengalami kenaikan masing-masing menjadi 13,53 persen,
13,04 persen dan 14,82 persen. "Pertumbuhan kredit pada tahun 2014
diperkirakan melambat menjadi 18 persen (yoy), lebih rendah dari perkiraan
survei sebelumnya 19,1 persen (yoy)," jelas dia. Perkiraan tersebut
semakin mendekati target pertumbuhan kredit 2014 Bank
Indonesia sebesar 15 persen-17 persen.
A. Pendahuluan
Pada umumnya Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima Simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Kemudian
Bank dikenal juga sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal untuk menukar uang, atau
menerima segala bentuk pembayaran seperti pembayaran listrik, telepon, air,
pajak, uang kuliah dan sebagainya. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masayarakat serta memberikan jasanya dalam lalulintas pembayaran
dan peredaran uang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga
fungsi utama Bank yaitu:
·
Bank sebagai lembaga yang
mungumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
·
Bank sebagai lembaga yang
menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainnya
·
Bank sebagai lembaga yang
memperlancar transaksi perdagangan dan dan peradara uang.
·
B. Tujuan
Tujuan yang hendak
dicapai dalam kliping ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis mengenai pertumbuhan kredit baru yang melambat pada tahun 2014.
C. Pembahasan
Kenaikan suku bunga kredit dan meningkatnya tekanan NPL menjadi
pertimbangan utama melambatnya pertumbuhan kredit. Survei menunjukkan perlambatan pertumbuhan kredit tersebut
bersumber dari melambatnya seluruh jenis penggunaan kredit, terutama kredit
konsumsi. Khusus kredit konsumsi, perlambatan kredit baru
terjadi pada seluruh jenis konsumsi. Penurunan
terbesar terhadap permintaan kredit baru terjadi pada KPR/KPA sebagai respons
atas kenaikan suku bunga dan di terapkannya kebijakan lanjutan Bank Indonesia
mengenai LTV pada september 2013 dan perlambatan pertumbuhan kredit berlanjut
pada tahun 2014. Departemen Komunikasi BI, mengatakan, pertumbuhan
kredit kepada sektor swasta melambat dari 20% year on year (yoy) pada
Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014. , kedepan pertumbuhan kredit perbankan akan terus melambat, karena
pertumbuhan ekonomi mulai melambat ke level 5,5%-5,9% sehingga permintaan
pinjaman untuk kebutuhan modal kerja dari debitur akan mulai menurun. Perkiraan tersebut semakin mendekati
target pertumbuhan kredit 2014 Bank
Indonesia sebesar 15 persen-17 persen. Pada awal tahun 2014 permintaan kredit
belum besar karena faktor ekonomi dan cuaca. Misalnya, pertumbuhan ekonomi
belum stabil dan hujan masih terus turun sehingga menyulitkan pembangunan
rumah. Hasil
Survei Perbankan menunjukkan suku bunga perbankan baik suku bunga dana maupun
suku bunga kredit, diperkirakan meningkat pada kuartal I 2014. Rata-rata responden memperkirakan suku bunga dana (cost of fund)
meningkat 128 basis poin, adapun suku bunga kredit modal kerja, kredit
investasi dan kredit konsumsi masing-masing naik 27, 16, dan 6 basis poin.
D. Kesimpulan
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit
kepada sektor swasta melambat dari 20% year on year (yoy) pada Januari
2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014. , kedepan pertumbuhan kredit perbankan akan terus melambat, karena
pertumbuhan ekonomi mulai melambat ke level 5,5%-5,9% sehingga permintaan
pinjaman untuk kebutuhan modal kerja dari debitur akan mulai menurun. Perkiraan tersebut semakin mendekati
target pertumbuhan kredit 2014 Bank
Indonesia sebesar 15 persen-17 persen. Pada awal tahun 2014 permintaan kredit
belum besar karena faktor ekonomi dan cuaca. Misalnya, pertumbuhan ekonomi
belum stabil dan hujan masih terus turun sehingga menyulitkan pembangunan
rumah.
E. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
kliping tentang Pertumbuhan kredit baru perbankan melambat ini adalah :
·
Bi
seharusnya mereview kembali tentang kebijakan di bidang perkreditan agar
pertumbuhan kredit baru perbankan tidak melambat.
·
BI
seharusnya kembali melihat bank-bank penyalur kredit dan proses pengkreditan
harus berdasarkan kebijakan BI terkait perkreditan dan langkah pengawasan.
Artikel Tentang Suku Bunga (BI
Rate)
BI Rate
Bakal Naik Jadi 8% di Akhir 2014(16 Apr 2014 17:06)
Liputan6.com, Jakarta
Suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI Rate) diperkirakan tidak akan mengalami penurunan hingga akhir
tahun 2014, justru diperkirakan naik 50 basis poin hingga akhir tahun 2014.
"Kami memperkirakan BI akan
menaikkan BI Rate lagi sebesar 50 bps ke 8% di akhir tahun 2014", ungkap
Econom Bank Standard Chartered, Eric Sugandi di Hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu
(16/4/2014).Kenaikan BI Rate tersebut dilakukan diperkirakan untuk
mengantisipasi terjadinya tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari beberapa
faktor yang mampu memengaruhinya. Faktor itu mulai dari masih defisit neraca
transaksi berjalan hingga risiko akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat
(AS).Eric menambahkan namun potensi kenaikan tersebut juga akan tergantung
dengan hasil penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan dilakukan pada
Juli 2014. Saat ini BI Rate berada di kisaran 7,5%. "Tapi ada peluang juga
bisa ditunda di tahun depan catatan yang tidak ada gejolak pemilu," ujar
Eric.
Sementara di
kesempatan yang sama, Senior Ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan,
menyatakan kecil kemungkinan BI memangkas BI Rate di tahun ini. BI akan tetap
mempertahankan suku bunga acuannya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi
di masa-masa yang akan datang. Menurut Fauzi, persoalan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang membuat BI tetap
mempertahankan BI Rate.Pasalnya, jika pemerintahan sekarang menaikkan harga BBM
bersubsidi atau di pemerintahan berikutnya maka berdampak terhadap kenaikan inflasi.
"Prospek kenaikan BBM dan dampak terhadap kenaikan inflasi akan
menyulitkan BI menaikkan suku bunga acuan", pungkas Fauzi.
A.
PENDAHULUAN
BI
rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang di tetapkan bank indonesia dan di umumkan kepada publik.
Faktor-faktor pendorong kenaikan BI rate di akhir tahun 2014 Faktor itu
mulai dari masih defisit neraca transaksi berjalan hingga risiko akibat
kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) namun potensi kenaikan tersebut juga
akan tergantung dengan hasil penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan
dilakukan pada Juli 2014. Saat ini BI Rate berada di kisaran 7,5%. "Tapi
ada peluang juga bisa ditunda di tahun depan catatan yang tidak ada gejolak
pemilu,"
B.
TUJUAN
Klipping ini di susun
dengan tujuan :
Untuk mengetahui alasan
mengapa kenaikan BI Rate di akhir tahun 2014 tersebut
dilakukan
C.
PEMBAHASAN
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI
Rate) diperkirakan tidak akan mengalami penurunan hingga akhir tahun 2014,
justru diperkirakan naik 50 basis poinbps ke 8%
hingga akhir tahun 2014.Kenaikan BI Rate tersebut dilakukan diperkirakan
untuk mengantisipasi terjadinya tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari
beberapa faktor yang mampu memengaruhinya. Faktor itu mulai dari masih defisit
neraca transaksi berjalan hingga risiko akibat kebijakan ekonomi Amerika
Serikat (AS).kenaikan tersebut juga akan tergantung dengan hasil
penyelenggaraan pemilihan umum presiden yang akan dilakukan pada Juli 2014.
D.
KESIMPULAN
Dari
artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kenaikan BI
Rate tersebut dilakukan diperkirakan untuk mengantisipasi terjadinya tekanan
terhadap perekonomian Indonesia dari beberapa faktor yang mampu memengaruhinya,
namun BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam rangka mendukung
pertumbuhan ekonomi di masa-masa yang akan datang selain itu juga kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang
membuat BI tetap mempertahankan BI Rate.Pasalnya, jika pemerintahan sekarang
menaikkan harga BBM bersubsidi atau di pemerintahan berikutnya maka berdampak
terhadap kenaikan inflasi. "Prospek kenaikan BBM dan dampak terhadap kenaikan
inflasi akan menyulitkan BI menaikkan suku bunga acuan"
E.
SARAN
Sebaiknya
Bank Sentral (BI) mengambil keputusan
yang tepat dalam menetapkan Bi rate diakhir tahun 2014 ini dengan
mempertimbangkan berbagai aspek tanpa mengabaikan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya tekanan terhadap perekonomian indonesia.
Artikel
mengenai nilai tukar rupiah
Positif-Negatif Kebijakan BI Rate
Jumat, 06 Des 2013
07:47 WIB - http://mdn.biz.id/n/66343/
- Dibaca: 494 kali
DI sepanjang 2013
Bank Indonesia (BI)
gencar menaikkan suku bunga acuannya (BI rate). Mulai dari 6%
(Juni-Juli), 6,5% (Agustus-September), 7% (Oktober) hingga menjadi 7,5%
menjelang akhir November. Menaikkan dan atau menurunkan BI rate merupakan
otoritas penuh BI sebagai pengambil kebijakan terkait moneter. Menaikkan BI
rate , berupaya menarik rupiah yang "nongkrong" di manca negara agar
kembali masuk ke Indonesia.
Dengan demikian pemilik
rupiah (termasuk non rupiah) di mancanegara terpikat karena suku bunga yang
menjanjikan (tinggi), sehingga menyimpan dananya di Indonesia.
Kebijakan menaikkan
BI rate (hingga ke level 7,5%), oleh berbagai kalangan/pakar ekonomi dinilai
bisa memberikan dampak positif atau negatif terhadap dinamika perekonomian
nasional.
Dampak positif, pemerintah bisa lebih mengendalikan/menjaga inflasi dan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sedangkan dampak negatif, kebijakan menaikkan BI rate mempengaruhi sektor riil terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Melesunya kegiatan UKM, karena terbatasnya dana (tingginya suku bunga kredit perbankan) untuk para pelaku usaha kelompok ini dalam melangsungkan usahanya.
Dampak positif, pemerintah bisa lebih mengendalikan/menjaga inflasi dan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sedangkan dampak negatif, kebijakan menaikkan BI rate mempengaruhi sektor riil terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Melesunya kegiatan UKM, karena terbatasnya dana (tingginya suku bunga kredit perbankan) untuk para pelaku usaha kelompok ini dalam melangsungkan usahanya.
Pemerintah sebagai
pengambil kebijakan fiskal dan BI sebagai pengambil kebijakan moneter yang
bertujuan sama, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan yang
realistis, harus bergerak (harmonis) meski sesuai bidang tugasnya
masing-masing.
Kebijakan menaikkan
BI rate, selain menarik dana di luar negeri juga guna mengatasi pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya terhadap US$ atau dolar
Amerika. Sekaligus mendukung "empat paket kebijakan pemerintah".
Pertama, memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap
US$ dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.
Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah memastikan defisit APBN 2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. Ketiga, menjaga daya beli, dan keempat, guna mempercepat investasi pemerintah mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah memastikan defisit APBN 2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. Ketiga, menjaga daya beli, dan keempat, guna mempercepat investasi pemerintah mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
BI Rate dan
Solusi Pemulihan Rupiah
Pengusaha/produsen
dan pelaku pasar saat ini butuh kebijakan yang menghasilkan dalam waktu segera
(berjangka pendek). Jika memungkinkan, pemerintah menalangi sementara selisih
kurs khusus impor barang, paling tidak selama enam bulan. Selisih kelebihan
biaya impor ditanggung pemerintah, sementara produsen/importir membayar harga
barang impornya dipatok pada kurs (ideal) Rp 10.000 per US$.
Hanya saja, timbul
pertanyaan, dengan kurs rupiah yang sudah menembus level Rp 12.000 per US$ apa
ada uang pemerintah menalangi selisih kurs, misalnya sebesar Rp 2.000? Padahal
cadangan devisa, transaksi perdagangan dan APBN sudah defisit (tekor). Jika
kebijakan menalangi dipaksakan dikhawatirkan berpotensi menimbulkan masalah
baru bagi pemerintah.
Sementara di lain
pihak, akibat melemahnya nilai tukar rupiah bunga utang pemerintah juga
membengkak. Terlebih jika penaikan BI rate ternyata tidak berdaya menarik
rupiah/non rupiah dari mancanegara, dikhawatirkan akan merunyamkan
perkenomian/keuangan negara.Guna bisa kembali menggairahkan sektor riil sebagai
akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan seiring dengan kebijakan menaikkan BI
rate serta empat paket kebijakan pemerintah, disarankan pemerintah mengambil
langkah-langkah (solusi) berikut.
1. Memberikan
insentif kepada para pengusaha industri/produsen yang menggunakan bahan baku
impor untuk menggunakan US$ bernilai "patok" Rp 10.000 per US$ paling
tidak dalam kurun waktu enam bulan (hingga Juni 2014).
2. Membebaskan
pajak penghasilan gaji para pegawai/buruh sekaligus menjaga harmonisasi
pengusaha-buruh-pemerintah agar selalu tercipta suasana kondusif.
3. Tidak menaikkan
suku bunga kredit untuk perusahaan-perusahaan produsen tertentu yang
menggunakan bahan impor untuk produksinya meski BI rate dinaikkan.
4. Menghapus/meniadakan (lagi) biaya-biaya siluman seperti untuk perizinan, biaya-biaya keamanan dan biaya-biaya non operasional/ekonomis lainnya.
4. Menghapus/meniadakan (lagi) biaya-biaya siluman seperti untuk perizinan, biaya-biaya keamanan dan biaya-biaya non operasional/ekonomis lainnya.
Harus Bekerja
Sama
Pemerintah dengan
empat paket kebijakannya dan BI dengan kebijakan (menaikkan) BI rate-nya yang
beralasan untuk mengimbangi tekanan geliat inflasi yang cenderung meliar harus
saling bekerja sama secara baik.
Meski BI telah
menaikkan BI rate (7,5%), mengusahakan suku bunga kredit bagi
pengusaha/produsen yang menggunakan bahan impor sebagai bahan bakunya tidak
dinaikkan. Sehingga, sektor riil tetap berjalan meski dengan keuntungan minim,
sembari terus mencari solusi terbaik agar tingkat kepercayaan asing bisa pulih
kembali.
Sementara dana-dana
yang sempat keluar bisa ditarik kembali dari mancanegara, diharapkan peran
aktif pemerintah untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi dan perbankan.
Juga mengupayakan agar para investor percaya menanamkan investasinya di Indonesia dengan memudahkan perijznan, membatasi gerak unjuk rasa anarkis dan menjaga stabilitas kemanan dalam negeri.
Terpenting lainnya, pemerintah wajib memberdayakan dan mengembangkan produk-produk dalam negeri (pangan dan non pangan) dengan mensupport dana, fasilitas dan pembinaan kepada para petani/perajin untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pasca terpenuhinya kebutuhan dalam negeri barulah memproduksi untuk tujuan ekspor dan mengurangi berbagai penggunaan barang-barang impor.
Juga mengupayakan agar para investor percaya menanamkan investasinya di Indonesia dengan memudahkan perijznan, membatasi gerak unjuk rasa anarkis dan menjaga stabilitas kemanan dalam negeri.
Terpenting lainnya, pemerintah wajib memberdayakan dan mengembangkan produk-produk dalam negeri (pangan dan non pangan) dengan mensupport dana, fasilitas dan pembinaan kepada para petani/perajin untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pasca terpenuhinya kebutuhan dalam negeri barulah memproduksi untuk tujuan ekspor dan mengurangi berbagai penggunaan barang-barang impor.
Terakhir, melakukan
efisiensi terhadap berbagai bidang kehidupan, kedinasan, penanganan/tender
berbagai proyek, dan lain-lain. Terutama pemberantasan korupsi melalui
political will secara sungguh-sungguh dari pemerintah dan DPR.
(Oleh : Tigor
Damanik) Penulis pemerhati ekonomi, tinggal di Medan
1. PENDAHULUAN
Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga
stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter
secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter
memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung
bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan
suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk
mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan
pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time
lag). Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,
diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
2.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan kliping ini yaitu untuk
mengetahui dampak peningkatan suku bunga terhadap nilai tukar rupiah dan impor
3.
PEMBAHASAN
Artikel tersebut berkaitan erat dengan kebijakan moneter oleh Bank
Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk
meningkatkan suku bunga (BI rate), seperti Negara maju lainnya yang mengambil
kebijakan untuk menaikan suku bunga. Negara maju
mulai naikan suku bunga mereka karena ekonomi mereka menunjukkan tanda-tanda
perbaikan. Perubahan
suku bunga BI Rate dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering
disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan
mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga
luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan
mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang
impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal
atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.
4. KESIMPULAN
Suku bunga merupakan
merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu Negara yang berimbas pada
kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi, dan pergerakan
mata uang di suatu Negara. Tingkat suku bunga menentukan nilai tambah mata uang
suatu Negara. Semakin tinggi suku bunga suatu mata uang, akan semakin tinggi pula
permintaan akan mata uang Negara tersebut. Tingkat suku bunga diatur oleh bank
sentral, dan jika dalam jangka panjang bank sentral selalu menaikan suku bunga
maka trend nilai tukar mata uang Negara tersebut terhadap Negara lain akan
cendrung naik. Hal ini akan terus berlangsung sampai ada faktor lain yang
mempengaruhi atau bank sentral kembali menurunkan suku bunganya. Di satu pihak,
nilai tukar rupiah menguntungkan dengan menurunnya utang luar negeri dan
meningkatnya daya beli, disisi lain akan menyebabkan konsumsi barang impor
meningkat yang menyebabkan impor juga meningkat dan ekspor menurun.
5. SARAN
Adapun saran yang diberikan yaitu tetap
melalkukan penyeimbangan kebijakan moneter dalam mengatur dan mengawasi
penguatan nilai tukar rupiah, agar adanya keseimbangan antara konsumsi barang
impor dan penguatan nilai tukar supaya kinerja ekonomi semakin baik kedepannya.
0 comments:
Posting Komentar