Pengaruh
Risiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Badan-Badan Usaha yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta pada Tahun 1999
PENDAHULUAN
Pada
umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko.
Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi
yang dilakukan. Dalam keadaan semacam itu dikatakan bahwa investor tersebut
menghadapi resiko dalam investasi yang dilakukannya. Yang bisa ia lakukan
adalah memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan
seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari
hasil yang diharapkan. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang
beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan
yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi juga.
Pada
investasi dalam bentuk saham di pasar modal, tingkat pengembalian setiap saham
dapat tidak sama karena besarnya dividen
kas dan keuntungan atau kerugian dalam menjual setiap saham berbeda. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan
secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat pengembalian yang
diharapkannya, berapa besar resiko yang harus ditanggungnya dan berapa
kelikuiditas investasi tersebut.
Pada
dasarnya investor akan selalu memperhitungkan besarnya resiko saham, dalam hal
ini resiko saham yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi oleh investor
adalah resiko sistematis sebagai variabel penentu tingkat pengembalian saham
yang diharapkannya, karena resiko saham yang tinggi akan memberikan tingkat
pengembalian saham yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Namun sebenarnya ada
variabel penentu lain yang juga akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham,
yaitu likuiditas saham yang dapat diukur dengan menggunakan bid-ask spread.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Menurut
Bodie (1998) pengertian tingkat pengembalian investasi adalah penghasilan yang
diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan.
Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase
penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi
tersebut. Apabila harga jual suatu sekuritas melebihi harga belinya maka
terjadilah capital gain. Demikian sebaliknya, apabila harga jual lebih
kecil daripada harga beli maka terjadilah
capital loss. Dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh investor dari
saham merupakan pendapatan yang tidak tetap baik itu pendapatan yang berasal dari
capital gain maupun dividen. Dikatakan tidak tetap karena jumlah capital gain
yang diperoleh bergantung pada transaksi jual beli yang terjadi di pasar,
sedangkan besarnya dividen yang dibagikan dipengaruhi oleh laba dan kebijakan
badan usaha.
Selanjutnya
Bodie (1998) menguraikan bahwa selisih antara tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan tingkat bebas resiko (risk free rate) yang dikenal
dengan risk premium dapat berubah-ubah
karena pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi risk free rate. Apabila risk
free rate berubah maka risk premium juga akan berubah. Variabel-variabel yang
mempengaruhi risk premium inilah yang nantinya dikenal sebagai resiko investasi.
Sharpe,
Alexander dan Bailey (1999) menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan
dari suatu saham akan dipengaruhi oleh dua
karakter dasar, yaitu resiko sistematis dan likuiditas saham. Risiko sistematis
(Hearth dan Zaima, 1995) merupakan resiko yang berasal dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi ekonomi
(gejolak kurs tukar mata uang, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang
tidak menentu) dan ketidakpastian politik. Hal ini berarti kinerja saham suatu
badan usaha dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam perekonomian negara dan
perubahan pasar. Dengan kata lain, tingkat pengembalian saham dipengaruhi oleh
perubahan faktor-faktor di luar kendali manajemen suatu badan usaha, dan setiap
saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kondisi pasar tersebut.
Jadi
satu-satunya resiko yang relevan dan mencerminkan resiko dalam investasi surat berharga adalah resiko yang tidak bisa
dieliminasi, yaitu resiko sistematis yang dilambangkan dengan symbol beta (b).
Secara teoritis, ukuran resiko relevan (resiko sistematis) yang paling tepat
untuk surat berharga adalah kovarian
surat berharga tersebut terhadap surat-surat berharga lain yang termasuk dalam
portfolio pasar. Rumusan resiko sistematis menurut Bodie (1998) sebagai
berikut:
Covar
(Rj,Rm)
bj =
Var
(Rm)
dimana:
bj
= risiko sistematis
Covar
(Rj,Rm) = kovarian tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar
Var
(Rm) = varian tingkat pengembalian pasar
dimana:
E(ri) : tingkat pengembalian saham yg diharapkan
rf : tingkat bebas risiko
bi
:risiko sistematis
E(rm)
: tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
f
(ci) : fungsi dari biaya transaksi
HIPOTESA
Berdasarkan
uraian di atas, dengan model regresi diduga terdapat hubungan yang signifikan
antara risiko sistematis dan likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid–ask
spread terhadap tingkat pengembalian saham. Dari perhitungan awal terhadap lima sampel, diduga bahwa korelasi antara
risiko sistematis dengan tingkat pengembalian saham lebih besar daripada
korelasi antara likuiditas saham dengan tingkat pengembalian saham.
METODE
PENELITIAN DAN DATA
Penelitian
ini merupakan penelitian riset konklusif yang bersifat deskriptif dengan populasi
penelitian meliputi seluruh saham badan usaha
yang go public di PT BEJ. Kriteria sampel adalah saham badan-badan usaha
yang secara konsisten tergolong dalam LQ 45 sebagai saham yang teraktif di PT
BEJ selama periode Januari–Desember 1999.Metode sampling digunakan non-probability sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling yang menghasilkan sample sebanyak 33 sampel. Data yang diperlukan merupakan data sekunder yang tersedia di PT
BEJ berupa daftar harga saham resmi harian yang telah disesuaikan
(adjusted price), data IHSG harian, data
SBI bulanan selama periode Januari-Desember 1999, data bid-price harian dan
data ask-price harian. Untuk pengumpulan dan perhitungan data secara bulanan, jumlah
hari akan disesuaikan dengan jumlah hari perdagangan PT BEJ, jadi dalam setiap bulan
jumlah hari bisa tidak sama.
PENGUKURAN
KONSEP
Aras
pengukuran konsep yang digunakan dalam penelitian ini merupakan aras rasio dengan
pola hubungan sebab-akibat, dimana terdapat dua jenis variabel, yaitu variable tidak
bebas dan variabel bebas. Variabel tidak bebas (y) adalah rata-rata tingkat pengembalian
saham bulanan, sedangkan variabel bebas pertama (x1) adalah rata-ratarisiko
sistematis bulanan, dan variabel bebas kedua (x2) adalah rata-rata likiduitas
saham bulanan yang diukur dengan besarnya bid-ask spread.
Pengolahan
data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear dengan bantuan Microsoft
Excel. Penerapan uji regresi linear bertujuan untuk:
1. Melakukan prediksi terhadap nilai tingkat
pengembalian saham. Model persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y
= a + b x1 + c x2
dimana:
y
=rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan
a =konstanta
b =koefisien regresi pertama
c =koefisien regresi kedua
x1=rata-rata
risiko sistematis bulanan
x2=rata-rata
likuiditas saham bulanan
Dari
rumus di atas dapat diketahui pengaruh positif atau negatif dari resiko
sistematis
dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham.
2. Melihat seberapa besar proporsi resiko
sistematis dan likuiditas saham dalam
mempengaruhi
tingkat pengembalian saham. Untuk itu digunakan koefisien korelasi berganda
yang akan mengukur keeratan hubungan
(korelasi) antara tingkat pengembalian saham dengan resiko sistematis dan
likuiditas saham. Kemudian dilanjutkan dengan koefisien determinasi (R2) yang
menunjukkan besarnya persentase sumbangan resiko sistematis dan likuiditas
saham terhadap variasi naik turunnya tingkat pengembalian saham. Pada pengolahan
data ini digunakan software SPSS 10.0 for Windows.
3. Menguji kebenaran pengaruh resiko sistematis
dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham. Dilakukan dua
pengujian: (1) pengujian koefisien
regresi secara individual dengan uji t dua arah, dan (2) pengujian koefisien
regresi secara bersama-sama dengan uji F.
PERHITUNGAN
TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM, RISIKO SISTEMATIS, DAN BID - ASK SPREAD
Besarnya
tingkat pengembalian saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
Karena
dalam penelitian ini digunakan tingkat pengembalian saham diatas tingkat suku
bunga bebas risiko (excess return), maka hasil perhitungan tingkat
pengembalian saham diatas harus
dikurangkan dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (SBI)
sesuai dengan kurun waktunya. Hasil perhitungan excess return dari tiga puluh
tiga sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat pada Tabel 1.
Nilai
resiko sistematis dapat dihitung dengan rumus (b). Untuk mendapatkan nilai risiko
sistematis terlebih dahulu perlu dihitung tingkat pengembalian saham harian dan
tingkat pengembalian pasar harian yang telah dikurangkan dengan tingkat suku
bunga yang bebas resiko. Hasil tersebut masing-masing kemudian dikurangkan dengan
rata-rata hariannya sehingga akan diperoleh deviation stocks dan deviation
market secara harian pula yang akan dikuadratkan untuk memperoleh squared
deviation untuk saham dan pasar dan dihitung rata-rata hariannya selama satu
bulan. Langkah selanjutnya adalah mengalikan deviation stocks harian
dengan deviation market harian untuk
memperoleh product of deviation secara harian yang juga akan dihitung rata-rata
hariannya selama satu bulan.
Tahap
terakhir adalah membagi kovarian tingkat pengembalian saham terhadap tingkat
pengembalian pasar (diperoleh dari pembagian jumlah hari perdagangan dalam sebulan
dengan jumlah hari perdagangan dalam sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan
dengan rata-rata harian dari product of
deviation) dengan varian tingkat pengembalian pasar (diperoleh dari pembagian
jumlah hari perdagangan dalam sebulan dengan jumlah hari perdagangan dalam
sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan dengan rata-rata harian squared
deviation dari pasar). Hasil perhitungan resiko sistematis dari tiga puluh tiga
sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat pada Tabel 2.
Besarnya
bid–ask spread suatu saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2). Langkah
selanjutnya adalah mencari rata-rata bid–ask
spread harian dan bulanan untuk masing-masing saham. Perhitungan bid–ask spread
dari tiga puluh tiga sampel selama periode Januari–Desember 1999 dapat dilihat
pada Tabel 3.
HASIL
UJI REGRESI: MEMPREDIKSIKAN NILAI TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
Dengan
regresi berganda diperoleh model yang memprediksikan tingkat pengembalian saham
dengan variabel bebas risiko sistematis (x1)
dan liqiditas saham (x2) sebagai berikut:
y = -
0,299 +
0,422 x1 + 0,028 x 2
Dari
persamaan diatas terlihat rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata
bid–ask spread bulanan berpengaruh positif terhadap rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan. Jadi tingkat risiko sistematis dan bid–ask spread yang tinggi mempunyai kecenderungan
menyebabkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor juga akan
tinggi. Dari kedua variable tersebut terlihat bahwa rata-rata risiko sistematis
bulanan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap pengembalian yang diharapkan
investor dibandingkan rata–rata bid–ask spread bulanan.Koefisien korelasi (r)
sebesar 0,62 menunjukkan hubungan yang cukup erat antara rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan dengan rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan selama
periode Januari–Desember 1999.
Besarnya
persentase sumbangan rata-rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata likuiditas
bulanan terhadap rata–rata tingkat pengembalian saham bulanan dapat dilihat
dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,38. Angka tersebut menunjukkan bahwa
sekitar 38% rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan dapat dijelaskan oleh
variabel rata– rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan periode Januari–
Desember
1999. Sedangkan sisanya (62%) dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya seperti perilaku
pasar, makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan pemerintah.
PENGUJIAN
SIGNIFIKANS KOEFISIEN REGRESI: TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
1. Pengujian
Koefisien Regresi Secara Individual
Pengujian koefisien
regresi secara individual dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tingkat
pengembalian saham bulanan benar–benar dipengaruhi secara signifikan oleh
rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan.
Pengujian menggunakan
uji t dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: b = 0 (variabel bebas tidak mempengaruhi variabel
tidak bebas)
H1:b ¹ 0 (variabel bebas mempengaruhi variabel tidak
bebas)
Dengan ketentuan jika
Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak (H1 diterima) maka
variabel signifikan. Adapun hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut:
Dari Tabel 4 diketahui
bahwa rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan
berpengaruh secara signifikan terhadap rata-rata tingkat pengembalian saham
bulanan. Jadi Ho ditolak.
2. Pengujian
Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
Pengujian koefisien
regresi secara bersama-sama dilakukan untuk mengetahui apakah risiko sistematis
dan likuiditas saham secara bersama-sama benar-benar mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
Dengan uji F hipotesis
yang diajukan adalah:
Ho: b1= b2= b3
H1: b1¹ b2' b3
dengan ketentuan jika
Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak maka variabel
signifikan. Hasil disajikan dalam Tabel 5 berikut:
Dari uji F terbukti
bahwa rata–rata risiko sistematis bulanan dan rata–rata bid–ask spread bulanan
secara bersama–sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rata-rata
tingkat pengembalian saham bulanan, jadi Ho ditolak.
KESIMPULAN
1. Secara
bersama-sama faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya
bid-ask spread mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go
public di Indonesia.
2. Secara
individu faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask
spread masing-masing juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go public di Indonesia.
3. Risiko
sistematis lebih mempengaruhi tingkat pengembalian suatu saham
dibandingkan dengan
likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask spread.
4. Faktor-faktor
lain seperti perilaku pasar, makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan
pemerintah juga ikut mempengaruhi tingkat pengembalian saham.
SARAN
Penelitian selanjutnya perlu
dilakukan dengan rentang waktu yang lebih panjang atau lebih dari satu tahun
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai pengaruh risiko sistematis
dan likuiditas saham yang diukur dengan
bid–ask spread terhadap tingkat pengembalian saham. Disamping itu,
variable yang diteliti juga perlu diperluas seperti likuiditas saham yang bukan
hanya dapat diukur dari bid–ask spread
melainkan juga dari volume perdagangan saham atau komisi penjualan.
0 comments:
Posting Komentar