4. INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI ENERGI ( GAS
)
Terkait dengan soal kelistrikan,
Indonesia kini tengah mengalami krisis energi. Masih juga banyak diantara kita
yang memahami bahwa Indonesia secara neto sudah bukan merupakan negara
produsen, melainkan konsumen alias pengimpor minyak. Karena itu, pula Indonesia
merasa sudah waktunya keluar dari OPEC, dikarenakan status Indonesia bukan
sebagai “ eksportir utama” lagi. Untuk memenuhi kebutuhan nasional saja
Indonesia sudah sangat kesulitan meskipun Indonesia memiliki cadangan gas
terbesar diASEAN dan didunia.
Berikut
tabel Sumber Daya Energi di Indonesia,sebagai gambaran keadaan Energi di
Indonesia :
Tabel
111-27
Potensi
Sumber Daya Energi Indonesia
No
|
Sumber
Energi
|
Potensi
|
Potensi
dunia
|
Cadangan terbukti
|
Produksi
( Tahun )
|
Keterangan
|
1
|
Minyak Bumi
|
321 miliar barel
|
1.2%
|
5 miliar
|
500 juta barel
|
Habis dalam 10 tahun ekspor
|
2
|
Gas Bumi
|
507 TSCF
|
3,3%
|
90 TSCF
|
3 TCF
|
Habis dalam 30 tahun untuk ekspor
|
3
|
Batubara
|
50 miliar ton
|
3%
|
5 miliar ton
|
100 juta ton
|
Habis dalam 50 tahun untuk ekspor
|
4
|
Tenaga Air
|
75 ribu MW
|
0,02%
|
75 ribu MW
|
4200 MW
|
Sulit untuk pengembangan skala
besar,domestik
|
5
|
Panas Bumi
|
27 ribu MW
|
405
|
2,305 MW
|
807 MW
|
Sebagai energi terbarukan, dapat
dikonsumsikan dalam jangka waktu yang cukup lama
|
Namun baik minyak, batu bara, dan gas
lambat launpasti akan habis. Sementara kehidupan yang memerlukan energi akan
terus berjalan. Cepat atau lambat harus dicari sumber-sumber energi baru untuk menghadapi tuntutan kehidupan masa
depan yang takkan terlepas dari persoalan pasokan energi. Sebenarnya bukan
hanya Indonesia, tetapi dunia kini tengah terancam serius oleh kelangkaan
energi ( atau minimal krisis lonjakan
harga energi ) karena sumber daya energi fosil yang selama ini diandalkan kian
terbatas cadangannya. Bagi Indonesia,kemungkinan habisnya sumber energi fosil
itu bagaikan sudah dipelupuk mata ( lihat Tabel 111-27 ).
Minyak, meskipun harganya kian mahal
dan pasokannya kian terbatas, paling tidak dalam jangka pendek akan tetap
daindalkan sebagai sumber energi utama. Khusunya untuk bahan bakar dalam
berbagai kegiatan transportasi serta untuk ekspor. Oleh sebab itu, dalam jangka
menengah dan panjang, tampaknya gas akan sebagai sumber energi utama didalam
negeri. Hal ini terbukti dengan adanya program pemerintah untuk mengonversikan
pemakaian minyak tanah dikalangan masyarakat segala lapisan dengan pemakaian
gas.
Terkait dengan kian diutamakannya
gas sebagai energi nasional utama, maka efisiensi pengadaan dan pemnyaluran gas
kian penting, dan sejalan dengan itukian penting pula infrastruktur distribusi
gas. Sisitem distribusi yang efisien akan banyak menghemat biayasehingga dapat
menekan harga dipasaran. Sejauh ini, jaringan transmisi gas di Indonesia
sepanjang 1300 km dan jaringan distribusi gas 2600 km, namun hanya untuk
keperluan ekspor. Jaringan transmisi dan distribusi yang tak sampai 4000 km
akan sangat minim dengan potensi dan kebutuhan nasional akan gas. Padahal
Indonesia memiliki ladang-;ladang gas dan fasilitas pengelolaan memungkinkan
Indonesia menjadi produsen LNG terbesar didunia.
Seandainya saja bisa dibangun
infrastruktur distribusi gas berskala nasional, sehingga tiap rumah tangga,
restoran, dan pemakai lainnya terhubung dengan jaringan pipa gas nasional itu,
maka harga gas yang tersedia akan begitu murahnya, dan besarnya kontribusi
ketersediaan energi murah itu bagi produktivitas nasional. Selama ini, urusan
gas lebih dipusingkan oleh penyediaan tabung gas, pengangkutan dari depot
pengisian ketituk-titik distribusi, dan biaya transportasinya kalau
dihitung-hitung pada daerah terpencil akan lebih mahal daripada kandungan
gasnya sendiri.
0 comments:
Posting Komentar