PENDIDIKAN
AKHLAK DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
A. LATAR
BELAKANG
Sungguh
Islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan
akhlak untuk anak pun diperhatikan
dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua kebanyakan pada zaman sekarang
ini jarang memperhatikanpendidikan
akhlak bagi anak lantaran
kesibukan mereka atau berbagai macam alasan lainnya. Prinsip yang mereka pegang
adalah membahagiakan anak dengan memberikan pendidikan dan mendidik yang mereka sangka sudah baik. Namun kebahagiaan yang
semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut?
Anak
adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta
penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anakterlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa
ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik
oleh
Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun
tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka
sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan
memelihara diri dan keluarga dari api neraka :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6)
Dan hal ini dapat diwujudkan
dengan memberi pendidikan
kepada anak dengan pendidikan
yang baik sesuai Al
Qur’an dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat.
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,
"Didiklah anakmu karena kamu akan
ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah
kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan
anakmu kepadamu."
Pendidikan
tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang
lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang
sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan
saudara muslim yang lain.Disamping ikhtiar dengan pendidikan
kepada anak dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih
sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa orangtua atas anaknya
termasuk doa yang mustajab.
B. PERMASALAHAN
Masyarakat modern telah
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi
berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan
teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang
mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala
kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang mengkhawatirkan.
Kejujuran, kebenaran,keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh
penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan.
Perilaku serta budi
pekerti (akhlak) anak-anak saat ini sangatlah memprihatinkan. Tingkah laku dari
seorang siswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang pelajar. Di antara
mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, terkadang mereka bertingkah
laku tidak sopan dan tidak lagi patuh terhadap orang tua maupun terhadap
gurunya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh kondusif tidaknya pendidikan budi
pekerti yang mereka dapatkan, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Keluarga sebagai lingkungan pertama tentu saja memiliki faktor yang
penting dalam membentuk pola perilaku seorang anak.
Tujuan dari pendidikan
budi pekerti (akhlak) itu sendiri ialah membina dan membangun kejiwaan serta
keadaan seorang anak, sehingga anak tidak akan terpengaruh oleh lingkungan atau
pergaulan yang merugikan dan kalaupun mereka masih juga salah pilih, maka
setidak-tidaknya mereka sudah dapat berfikir secara bertanggung jawab dan di
dalam diri mereka sudah terbentuk suatu fundamen moral (akhlak) yang baik
sebagaimana yang diharapkan
C. PEMBAHASAN
1.
Pengertian pendidikan dan akhlak
Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dengan
kata lain pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
hidup. Berdasarkan pengertian di atas
menunjukkan bahwa pendidikan itu mempunyai beberapa karakteristik khusus,
menurut Mudyahardjo membaginya kepada empat hal yaitu:
a.
Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung
seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
b.
Lingkungan pendidikan. Pendidikan
berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk
kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Bentuk kegiatan.
Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai dengan
terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup.
Pendidikan berlangsung dalam beranak ragam bentuk, pola, dan lembaga.
Pendidikan dapat terjadi sembarang,kapan dan di manapun dalam hidup. Pendidikan
lebih berorientasi pada peserta didik.
c.
Tujuan pendidikan terkandung dalam
setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah
pertumbuhan, tidak terbatas, dan sama dengan tujuan hidup
Kata pokok (dasar) akhlak adalah khalaqo,
khaliqun dan makhluqun, kata sifatnya adalah akhlakun.
Menurut Imam Hamid al-Ghazali yang dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud
mengatakan bahwa kata al-khalq adalah bentuk lahirnya, sedangkan al-khuluq
adalah bentuk batinnya. Hal itu karena manusia tersusun dari fisik yang dapat
dilihat dengan mata kepala, dan ruh / jiwa yang ditangkap oleh mata batin. Ruh
/ jiwa yang ditangkap oleh mata batin itu lebih tinggi nilainya dari fisik yang
ditangkap dengan penglihatan mata.
Jadi akhlak (al-khuluq) pengertiannya
adalah suatu sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu.
Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan
terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang
baik. Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat
tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Demikian juga sama
pengertian akhlak menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani yang juga
dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud, beliau mendifinisikan: akhlak adalah
istilah bagi semua sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung.
Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal
dan syariat, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang
baik. Sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut
dinamakan akhlak yang buruk.
Menurut difinisi di
atas, akhlak mencakup sifat baik maupun buruk, namun kita dapati kebanyakan
ulama’ akhlak menggunakan kata akhlak untuk sifat yang baik saja. Menurut
mereka, akhlak adalah sifat-sifat baik yang tertanam pada jiwa dan memancar
perilaku yang baik dalam kehidupan.
Kata
dalam Bahasa Indonesia yang lebih
mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Budi pekerti maupun
akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau negatif. Pengertian
budi pekerti yang positif adalah tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang
sifatnya benar, amanah,sabar, pemaaf, rendah hati dan lain-lain. Budi pekerti
yang buruk adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong, dendam, dengki,
khianat, dan lain-lain.
Suatu
perbuatan dapat dikatakan cerminan akhlak apabila memenuhi syarat sebagai
berikut :
a.
Dilakukan
berulang-ulang sehingga hampirmenjadi suatu kebiasaan
b.
Timbul dengan
sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan pikir-pikir terlebih dahulu
Pendidikan Akhlak (Moral) adalah
pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus
dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi
mukallaf, pemuda yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa
keutamaankeutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman
yang mendalam, dan perkembangan religius yang benar.
Salah satu hal yang penting dari cabang
pendidikan untuk anak kita adalah mengajarkan kepadanya tentang akhlak yang
baik. sebagai contoh, menyenangkan hati orang lain dan atau bahkan yang
sesederhana sekalipun yaitu memberikan wajah berseri saat bertemu dengan
saudara muslim yang lain. Selain itu, hendaknya para orang tua, juga
menekankan tentang pembelajaran sederhana bagi anak untuk membentuk karakter
yang baik, lewat beberapa contoh teladan berikut ini.
a.
Mengajarkan
kejujuran.
Dari
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
b.
Mengajarkan Berbuat
baik kepada lingkungan mereka.
Rasulullah saw bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Rasulullah saw bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
c.
Mengajarkan Amanah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
d.
Mengajarkan
Untuk Mengucapkan salam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
e.
Mengajarkan Tidak
berboros kata.
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
f.
Mengajarkan Tidak
Memanggil dengan Julukan yang Dibenci.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11).Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11).Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
2.
Bentuk dan macam-macam akhlak
Akhlak
terhadap makhluk ada 2 yaitu :
a. Akhlak
terhadap manusia, terbagi atas :
1) Akhlak
terhadap diri sendiri, antara lain :
a) Memelihara
kesucian diri
b) Menutup
aurat
c) Jujur
dalam perkataan, berbuat ikhlas, dan rendah hati
d) Malu
melakukan perbuatan jahat
e) Menajuhi
dengki dan dendam
f) Berlaku
adil terhadap diri sendiri dan orang lain
g) Menjauhi
segala perkataan dan perbuatan yang sia-sia
2) Akhlak
terhadap orang lain misalnya akhlak terhadap Rasulullah, keluarga, kerabat,
tetangga dan masyarakat.
a) akhlak
terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) antara lain :
·
mencintai Rasulullah secara tulus dan
mengikuti semua sunnahnya
·
menjadiakan Rasulullah sebagai idola,
suri teladan dalam hidup dan kehidupan
·
menjalankan apa yang disuruh-Nya, dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya
b) akhlak
terhadap orang tua yaitu ;
·
mencintai mereka melebihi cinta kepada
kerabat lainnya
·
merendahkan diri kepada keduanya
diiringi perasaan kasih saying
·
menggunakan bahasa yang lemah lembut
saat berbicara
·
berbuat baik, mengikuti nasehatnya, dan
tidak menyinggung perasaannya.
·
Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi
mereka baik masih hidup maupun yang sudah meninggal
c) Akhlak
terhadap keluarga, kerabat, dan karib antara lain
·
Saling membina rasa cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarga
·
Saling menunaikan kewajiban untuk
memperoleh hak
·
Berbakti kepada ibu-bapak
·
Mendidik anak-anak dengan kasih sayang
·
Memilihara hubungan silaturahmi
d) Akhlak
terhadap tetangga antara lain:
·
Saling mengunjungi
·
Saing membantu diwaktu senang dan susah
·
Saling memberi dan menghormati
·
Saling menghindari pertengkaran
e) Akhlak
terhadap masyarakat yaitu:
·
Memuliakan tamu
·
Menghormati nilai dan norma yang berlaku
dimasyarakat
·
Saling tolong menolong
·
Member makan fakir miskin
·
Bermusyawarah dalam segala urusan
mengenai kepentingan bersama
·
Menaati putusan bersama yang telah
diambil
·
Menunaikan amanah yang diberikan
seseorang atau masyarakat,
b. Akhlak
terhadap bukan manusia
Akhlak
terhadap bukan manusia juga terbagi lagi menjadi :
1) Akhlak
terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti hewan dan tumbuhan
2) Ahklak
terhadap makhluk mati bukan manusia, seperti air, udara, tanah, dan sebagainya.
Akhlak terhadap bukan manusia antara
lain :
1) Sadar
dan memilihara kelestarian lingkungan hidup
2) Menjaga
dan memanfaatkan alam
3) Sayang
pada semua makhluk
Akhlak terbagi menjadi dua jenis yaitu
a. Akhlak
baik atau terpuji (akhlaqul mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan
(al-khaliq), terhadap sesama manusia, dan makhluk lainnya. Akhlak terpuji itu
antara lain:
1)
Siddiq, lurus dalam perkataan, lurus dalam perbuatan.
2)
Amanah, jujur, boleh dipercaya tentang apa saja.
3)
Sabar, takan menanggung barang atau perkara yang menyusahkan, tahan
uji.
4)
Ittihad, bersatu didalam mengerjakan kebaikan dan keperrluan.
5)
Ihsan, berbuat baik kepada orang tuanya, kepada keluarganya dan kepada
siapapun.
6)
Ri’yatul Jiwar, menjaga kehormatan tetangga-tetangga.
7)
Wafa ‘bil ahdi, memenuhi dan menepati kesanggupan atau perjanjian.
8)
Tawasau bil haq, pesan memesan, menepati dan memegang barang
hak atau kebenaran.
9)
Ta’awun, tolong menolong atas kebaikan.
10) Athfi ‘alad-dla’if, sayang hati kepada
orang-orang yang lemah dan papa.
11) Muwasatil faqier, menghiburkan hati
orang fakir atau miskin.
12) Rifqi, berhati belas kalian
sehingga kepada hewan sekalipun (Waso’al Dja’far, Addien, 1951:25).
b. Akhlak
buruk atau tercela (akhlaqul mazmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan
(al-khaliq), terhadap sesama manusia, dan makhluk lainnya.
Akhlak
buruk terhadap Allah adalah :
1) Takabur
2) Musyrik
3) Murtad
4) Munafik
5) Riya’
6) Boros
7) Rakus
dan tamak
Akhlak
buruk terhadap manusia
1) Mudah
marah
2) Iri
hati
3) Dengki
4) Mengadu-adu
5) Mengumpat
6) Congkak
7) Kikir
8) Berbuat
aniaya
3.
Sumber-sumber akhlak
Dua bagian sumber akhlak :
1. Akhlak yang bersumber dari keagamaan
2. Akhlak yang bersumber tanpa agama (sekuler)
Akhlak yang bersumber dari keagamaan, dibagi lagi menjadi dua:
1. Bersuber dari agama Samawi (Islam, Kristen, Yahudi)
2. Bersumber dari agama Ardi (Hindu, Budha, Khonghucu, Sinto dll)
Akhlak yang bersumber agama ini memberikan bimbingan kepada manusia dalam hubungannya dengan Tuhan maupun hubungannnya dengan sesama manusia, berdasarkan aturan-aturan dalam gama itu sendiri.
1. Akhlak yang bersumber dari keagamaan
2. Akhlak yang bersumber tanpa agama (sekuler)
Akhlak yang bersumber dari keagamaan, dibagi lagi menjadi dua:
1. Bersuber dari agama Samawi (Islam, Kristen, Yahudi)
2. Bersumber dari agama Ardi (Hindu, Budha, Khonghucu, Sinto dll)
Akhlak yang bersumber agama ini memberikan bimbingan kepada manusia dalam hubungannya dengan Tuhan maupun hubungannnya dengan sesama manusia, berdasarkan aturan-aturan dalam gama itu sendiri.
Akhlak yang besumber agama
mempunyai dua pendorong, yaitu iman kepada kekuatan gaib serta sangsi-sangsi
yang dikenakan masyarakat.
Dalam Islam sumber akhlak ialah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
Diantaranya ayat-ayat Al-Qur'an yang sebagai sumber akhlak antara lain :
Dalam Islam sumber akhlak ialah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
Diantaranya ayat-ayat Al-Qur'an yang sebagai sumber akhlak antara lain :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللَّهِ اُسْوَةٌحَسَنَةٌ
لِّمنْ كَانَ يَرْجُواللَّهَ وَالْيَوْمَ الْاَخِرَوَذَكَرَاللَّهَ كَثِيْرًا ~الأ
حزاب ~ ٢١
Artinya :
" Sesunguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rohmat Allah dan keselamatan di hari kiamat dan banyak mengingat Alloh".
Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh kepada sahabat-sahabatnya, beliau juga memikul tanah bersama-sama sahabtnya pada peperangan Khandaq, beliau memikul tanah di atas pundaknya, padahal beliau mengetahui ada yang dapat menggantikannya dengan sukarela dan senang hati, akan tetapi beliau ingin memberikan contoh teladan dengan perbuatan itu, dan mengobarkan semangat iman di dalam hati mereka.
" Sesunguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rohmat Allah dan keselamatan di hari kiamat dan banyak mengingat Alloh".
Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh kepada sahabat-sahabatnya, beliau juga memikul tanah bersama-sama sahabtnya pada peperangan Khandaq, beliau memikul tanah di atas pundaknya, padahal beliau mengetahui ada yang dapat menggantikannya dengan sukarela dan senang hati, akan tetapi beliau ingin memberikan contoh teladan dengan perbuatan itu, dan mengobarkan semangat iman di dalam hati mereka.
4.
Aspek-aspek
pentingnya akhlak
Keharusan mendapatkan pembinaan akhlak dan
kepribadian itu mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut;
1)
Aspek paedagogis, yaitu manusia adalah
sebagai animal educandum: yakni makhluk yang memerlukan pendidikan.
Dalam hal ini Islam mengajarkan bahwa setiap manusia yang baru lahir membawa
berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan
dikembangkan, maka akan ia akan menjadi manusia yang secara fisik danm mental
memadai.
2)
Aspek Sosiologis dan Kultural,
yaitu bahwa mnusia adalah makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau
yang memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai
makhluk sosial, maka manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial
yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi)
dan saling mempengaruhi antar sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup
yang harmonis.
3)
Aspek Tauhid, yaitu aspek pandangan
yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang
disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya
Tuhan) atau disebut juga homo relegius artinya makhluk
yang beragama. Dengan demikian pendidikan Islam mutlak dibutuhkan untuk
mengembangkan instink religius tersebut. Hal itu sesuai
dengan firman Allah; Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S. Ar-Rum:30)
D. Kesimpulan
Pendidikan akhlak
memang sangat penting, dalam kehidupan individu dan social. Meskipun pendidikan
akhlak saat ini semakin sulit ditumbuhkan. Pendidkan umumnya dan pendidkan
islam khususnya saat ini cenderung berhasil membina intelektual dan tenaga
terampil namun kurang berhasil dalam menumbuhkan kecerdasan emosional. Hal
tersebut terjadi disebabkan karena :
1. Pendidikan
yang diselenggarakan cenderung bersifat pengajaran bukan pendidikan, padahal
pendidikan dan pengajaran harus diintegrasikan.
2. Pendidikaan
saat ini sudah berubah orientasi dan idealism yang berjangka panjang, kepada
yang bersifat materialism dan individualism yang mementingkan jangka pendek
3. Metode
pendidikan yang diterapkan tidak bertolak kepada pandangan dengan melihat
manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan memiliki potensi yang bukan hanya
potensi intelektual (akal), tetapi juga potensi emosional. Metode pendidikan
yang diterapkan lebih melihat murid sebagai gelas kososng yang dapat diisi oleh
guru dengan sekehendak hati, dan bukan melihat sebagai makhluk yang memiliki
berbagai potensi yang harus ditumbuhkan, dibina, dikembangkan, dan diarahkan
4. Pendidikan
islam kurang mengarahkan siswa untuk merespon berbagai masalah actual yang
muncul dalam masyarakat, sehingga terdapat kesenjangan antara dunia pendidikan
dengan kehidupan masyarakat.
Penyimpangan social yang dilanda oleh peserta didik, hari ini
dan masa yang akan datang adalah refleksi dari kegagalan pemahaman terhadap
pendidikan agama Islam. Di tempat anak menerima pendidikan tidak menyentuh
aspek penghayatan dan kesadarannya. Apabila hal ini dicapai maka peserta didik
akan sangat mampu menyaring perbuatan yang dapat merugikan dirinya, Negara, dan
agamanya. Akan terus menempatkan dirinya pada posisi hikmat dan kemanfaatan.
Terdapat beberapa alasan mengapa manusia harus dididik yaitu :
1. Anak
memiliki potensi. Seandainya seorang anak atau siapapun tidak memiliki potensi maka
sudah pasti manusia tidak dapat dididik. Islam menegaskan bahwa manusia
dilahirkan dengan membawa potensi sebagai modal dasar untuk dikembangkan pada
bidang pengetahua, keterampilan dan kepribadian,.
2. Pengembangan
fitrah manusia terkait dengan pelaksanaan pendidikan. Seandainya potensi
manusia dapat dikembangkan dengan sendirinya sesuaidengan kebutuhan kehidupan
manusia yang bersangkutan tanpa memerlukan keterlibatan pendidik maka tidak
diperlukan upaya pendidikan.
3. Anak
adalah amanat Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam islam, anak bukan
hanya sekedar konsekuensi daripemenuhan kebutuhan biologis orang tua, tapi anak
merupakan titipan Allah yang harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya.
DAFTAR BACAAN
(Syahidah/voa-islam.com)
Skipsi
Ulya Latifah, implementasi pendidikan akhlak pada sekolah dasar islam terpadu
insane permata kota malang,2010
Fungsi
pendidikan islam- Muhammad Yahdi.Pdf
0 comments:
Posting Komentar