RAGAM
BAHASA INDONESIA
Bahasa
Indonesia digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai alat komunikasi untuk
berbagai keperluan. Jika kita perhatikan pemakaian bahasa Indonesia di dalam
masyarakat sangat bervariasi. Variasi ini terdapat pada bunyi bahasa, intonasi,
morfologi, pilihan kata ataupun istilah, dan jenis serta bentuk kalimat.
Variasi pemakaian bahasa Indonesia ini oleh kelompok masyarakat disebut ragam
bahasa. Berikut ini ada beberapa macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari
berbagai
sudut.
1.
Ragam Bahasa Ditinjau dari Penutur
dan Pemakaian Bahasa
Ragam bahasa dapat
ditinjau dari segi penutur bahasa dan pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan
penutur bahasa dapat pula ditinjau dari segi daerah (dialek), pendidikan (
misalnya orang yang terpelajar dengan orang yang tidak terpelajar), dan sikap
penutur (memperhatiakan lawan bicara yang setatus socialnya tinggi atau orang
yang lebih tua digunakan bahasa yang layak dan sopan). Ragam bahasa berdasarkan
pemakaiannya dibagi atas tingkat keresmian, bidang kegiatan, sarana, dan
gangguan pencampuran. Setiap kegiatan yang dilakukan ada yang bersifat resmi
ada pula yang tidak bersifat resmi. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan resmi
haruslah ragam resmi pula yang disebut bahasa baku dan kegiatan yang tidak resmi
digunakan ragam bahasa nonbaku. Ciri ragam baku ialah tingkat stabilitas yang
tinggi tetapi luwes, intelektualisasi dan komunikatif. Ragam bahasa berdasarkan
bidang kegiatan, misalnya agama, seni, sastra, ilmu murni, teknologi, dan
lain-lain.
Ragam bahasa untuk
kegiatan ilmu dan teknologi disebut juga ragam ilmiah. Perbedaan dalam ragam
bahasa ini biasanya terdapat pada perbedaan pemakainan istilah. Ragam bahasa
berdasarkan sarana adalah ragam lisan dan ragam tulisan. Kedua ragam ini
berbeda dalam kelengkapan, kejelasan, dan kecermatan pengungkapan ide. Kalimat
dalam ragam lisan sering ideunya tidak utuh. Walaupun demikian, ide tersebut
tetap dapat dipahami karena dijelaskan oleh nada, mimik, gerak, serta situasi
lingkungan pada waktu ide cermat, dan fungsi gramatikalnya jelas. Oleh
sebab itu, bentuk ragam tulis sering merupakan hasil suntingan beberapa
kali.Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering terjadi pencampuran ragam bahasa. Gejala
ragam pencampuran itu banyak muncul pada berbagai lapisan penutur Indonesia.
Gejala ini juga terlihat dalam pemakaian bahasa Indonesia pada bukubuku, artikel
dan karangan ilmiah lainnya. Adanya pencampuran ini pada tulisantulisan ilmiah
tidak dapat dibiarkan karena selain menunjukkan ketidakdisiplinan dalam bahasa,
dapat juga berakibat pada timbulnya salah penafsiran terhadap ide atau gagasan
yang dikemukakan.
2.
Ragam Bahasa untuk Kegiatan Ilmiah
Ragam bahasa yang
digunakan untuk kegiatan ilmiah ialah ragam bahasa baku dan sekaligus ilmiah.
Dalam kegiatan ilmiah untuk menghindari salah tafsir baik dalam penggunaan
ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus
diperhatikan. Ditinjau dari segi penutur/ pemakaian bahasa ragam ilmiah
digunakan oleh kelompok masyarakat terpelajar yangcenderung memperhatiakan
pemakaian bahasa yang baik (sesuai dengan situasi dan tujuan) dan benar (sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku).
a. Ciri-Ciri
Ragam Bahasa Ilmiah
1)
Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan
harus benar sesuai dengan kaidah pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata
ejaan maupun tata bahasa (pembentukkan kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf).
2)
Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan
fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat dan hanya mengandung satu
makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini
tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan menyusun struktur kalimat
sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3)
Kata yang dipilih memiliki makna
sebenarnya (denotatif) Jadi dapat disimpulkan bahwa unsure kaidah bahasa,
pilihan kata, dan ide yang diungkapkan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Kejelasan dan ketepatan pengungkapan ide sangat bergantung pada keutuhan ketiga
unsur tersebut.
b. Gejala
Penggunaan Bahasa Indonesia pada Karangan Ilmiah
Pada
sebagian buku, artikel, dan karangan ilmiah lainnya seperti makalah, skripsi,
atau tesis masih dijumpai penggunaan bahasa Indonesia yang kurang memadai.
Kesalahan bahasa dijumpai pada berbagai aspek linguistik, baik ejaan (penulisan
kata atau tanda baca), morfologi (aspek gramatikal dan leksikal), sintaksis (aspek
gramatikal dan sintaksis), ataupun paragraf. Gejala kesalahan dalam pemakaian bahasa
Indonesia pada karangan ilmiah harus diatasi. Sesuai dengan gagasan yang diungkapkan
dalam suatu karangan ilmiah yaitu benar, lugas, dan sistematis
3.
Jenis ragam bahasa
Dittmar
(1978) dan Halim (1979) mengemukakan empat buah ragam bahasa yang menyangkut
ragam tulisan dan lisan. Salah satu di antara keempat ragama bahasa itu adalah
ragam fungsional. Yang dimaksud dengan ragam fungsional atau ragam professional
adalah ragam bahasa yang dihubungkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja,
atau kegiatan tertentu lainnya. Dalam penggunaannya, bahasa ragam fungsional
dihubungkan dengan tingkat keresmian, sehingga dalam kenyataannya antara 2 lain menjelma sebagai bahasa teknis
keprofesian, seperti bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan (ilmu sosial,
ilmu alam, ilmu pendidikan, ilmu budaya, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu olah
raga, ilmu teknik, dan lain-lain). Seperti halnya dengan ragam-ragam bahasa
yang lain, ragam bahasa fungsional dapat dikelompokkan menjadi ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa tulisan. Pada dasarnya kedua ragam itu terdiri atas
ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku menurut Halim (1981: 4) adalah
ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya
sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan
penggunaannya.
Kaitannya
dengan ragam bahasa lisan dan tulisan bahasa Indonesia, tidak jarang diduga
orang bahwa keduanya memiliki kaidah yang sepenuhnya sama, padahal dalam
kenyataannya tidaklah demikian. Ragam bahasa lisan terikat oleh ruang dan
waktu, sehingga dalam penggunaannya dengan pertimbangan cirri-ciri
nonlinguistiknya, kelengkapan ciri-ciri linguistiknya tidak dituntut
sepenuhnya. Lain halnya dengan ragam bahasa tulis, -- ragam bahasa tulis baku
tidak terikat oleh ruang dan waktu, sehingga dalam penggunaannya kelengkapan
ciri-ciri linguistiknya dituntut sepenuhnya. Ciri-ciri linguistik yang dituntut
itu dalam bidang fonologi ragam lisan, misalnya, adanya variasi penggunaan
fonem seperti pada kata-kata berikut:
fihak
> pihak
ujud
> wujud
faham
> paham
fikir
> pikir
4.
Penggunaan ragam bahasa ilmiah
Penggunaan
bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang khas, yang
spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan
mempunyai ragam bahasa tersendiri yang berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang
lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang
khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk
gramatika. Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan
fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa
komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan
tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat
samar-samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Hal ini penting sekali
diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami
secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai 3 kesamaan
pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang
dimaksud oleh penulis dan pembaca.
Beberapa
Pengertian Mengenai Tata Bunyi
1.
Fonem,
Alofon, dan
Fonem adalah bunyi
bahasa yang minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Alofon adalah
variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti kata.
2.
Gugus
dan Diftong
Gugus adalah
gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama.
Diftong adalah gabungan bunyi dalam suatu suku kata dan yang digabungkan adalah
vocal.
3.
Fonotaktik
Fonotaktok adalah
kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem.
Beberapa
Pengertian Mengenai Pembentukan Kata
1.
Morfem,
Alomorf, dan (Kata) Dasar
Morfem adalah
bentuk kata yang dapat dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, yang
kemudian dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai bentuk
yang jika dipotong lagi tidak mempunyai makna. Alomorf adalah anggota satu
morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama.
2.
Analogi
Analogi adalah pola
pembentukan kata
3.
Proses
Morfofonemik
Proses Morfofonemik
adalah proses perubahan bentuk yang di isyaratkan oleh jenis fonem atau morfem
yang digabungkan.
4.
Afiks, Prefiks, Sufiks, Infiks, dan Konfiks
Afiks adalah bentuk
atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu
kata dasar. Sufiks adalah morfem terikat
yang digunakan dibagian belakang kata. Infiks
adalah afiks yang diselipkan ditengah kata dasar. Konfiks adalah gabungan prefix dan sufiks yang
membentuk suatu kesatuan.
5.
Afiks
Homofon
Afiks homofon
adalah afiks yang wujud atau bunyinya sama tetapi merupakan dua morfem atau
lebih yang berbeda.
6.
Verba
Transitif dan Taktransitif
Verba Transitif
adalah kata kerja yang menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau
entitas: manusia, binatang, atau hal yang dapat menjadi titik tolak untuk
memeriksa peristiwa itu baik dengan menggunakan verba aktif maupun verba pasif.
Verba Taktransitif adalah kata kerja yang tidak dapat objek.
7.
Keanggotaan
Ganda
Keanggotaan ganda
adalah kata yang termasuk dalam dua kelas atau lebih.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara
atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,
gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau
penulis. Kalimat efektif adalah kalimat
yang terdiriatas kata kata yang mempunyai unsure SPOK atau kalimat yang mempunyai
ide atau gagasan pembicara/penulis.
1.
Ciri-Ciri Kalimat
Efektif
a. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
b. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
c. Menggunakan diksiyang tepat.
d. Menggunakankesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran
yang logisdansistematis.
e. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
f. Melakukan penekanan ide pokok.
g. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
h. Menggunakan variasi struktur kalimat.
2.
Pengguaan Kalimat
Efektif
Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya. Kalimat efektif berbeda
dengan kalmia yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
3.
Syarat-Syarat Kalimat
Efektif
a.
Kelogisan
1) Kalimat pasif dan aktif harus jelas
2) Subjek dan keterangan harus jelas
3) Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
4) Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
5) Subjek tidak ganda
6) Predikat tidak didahului kata yang
b.
Kepararelan
Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Artinya,
jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda
semuanya.
Contoh: Harga minyak disesuaikan
atau kenaikanitu secara wajar.
Hargaminyak disesuaikan atau dinaikansecara wajar
c. Ketegasan
1) Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan diawal kalimat. Contoh : Presiden
menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.
2) Membuat urutan yang logis.
Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, edang, dan besar; anak-anak,remaja
dan orang tua, dsb.
Contoh:. Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja,orang
tua bahkan kakek-kakek.
d.
Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata
secara hemat,tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi. Caranya :
1) Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.
2) Menghindarkan pemakaian super ordinat pada hiponimi kata.
3) Menghindarkan kesinoniman kata dalamkalimat.
e.
Ketepatan
Ketepatan ialah
pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
1) Pemakaian kata harus tepat
2) Kata berpasangan harus sesuai
3) Menghindari peniadaan preposisi.
f.
Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan
tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan
berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan
ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
1) Hindari penanggalan awalan
2) Hindari peluluhan bunyi/ c /
3) Hindari bunyi/ s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
4) Hindari pemakaian kata ambigu
g.
Kepaduan
Kepaduanialahinformasiyang
disampaikanitutidakterpecah-pecah.
1) Kallimat tidakbertele-tele dan harus sistematis.
2) Kalimatyang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal
atauaspek-verbal-pasien.
3) Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan
kata daripada/tentang.
h.
Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan
bentuk-bentuk yangsama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi
dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Contoh:Maskapai
tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan
barang,busuknya makanan,
dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.
ü Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian
hewan.
Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak
parallel dengan kata kehilangan dan kerusakkan ,maka
dua kata tersebut disejajarkan menjadi kebusukkan
dan kematiaan.
i.
Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap
kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
1) Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh,
sosok, benda, sesuatu hal.
2) Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri subjek.
3) Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
4) Keterangan
Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian yang lainnya.
Diksi atau Pilihan Kata
Gorys
Keraf (2002) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi. Plilihan kata
atau diksi mencakup pengertian kata –kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah
besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud
pembendaharaan kata atau kosa kata suatubahas adalah keseluruhan kata yang
dimiliki suatu bahasa.
1. FungsiDiksi
a.
Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
b.
Membentuk gaya ekspresi
gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan
pendengar atau pembaca.
c.
Menciptakan komunikasi yang
baik dan benar.
d.
Menciptakan suasana yang
tepat.
e.
Mencegah perbedaan
penafsiran.
f.
Mencegah salah pemahaman.
g.
Mengefektifkan pencapaian
target komunikasi.
2. Diksi dan Penerapannya
Diksi:
a.
Ketetapan
1) Makna
2) Logika
3) SamaMaksud
b.
Kesesuaian
1) Cocok dengan konteks sosial
3. Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah kata yang rujukannya tunggal atau makna kata
yang sebenarnya, makna yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk
memberikan makna tambahan. Makna konotasi adalah mana yang mengandung
asosiasi-asosiasi tambahan.
4. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang
lingkupnya.Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin
umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah pahamdalam pemaknaan. Makin
sempit ruangl ingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salahpaham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan
penulis pada pilihan kata secara tepat. Contoh kata berjalan perlahan-lahan lebih
umum disbanding dengan tertatih-tatih.
5. Jargon dan Slang
Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara
terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu.Kata-kata ini merupakan
kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia,
ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, H₂O,dan sebagainya. Contoh Slang: asoy, manatahan, belum tahu, dia, dan
sebagainya (bersifatsementara)
Homonim
dan Kehomoniman
Homonim ialah
kata yang sama ejaan dan/atau sebutannya, tetapi mempunyai makna yang berbeza.
Homonim dapat terdiri daripada homograf atau homofon.
1.
Homograf
Homograf
ialah bentuk kata yang sama ejaan tetapi mungkin lain sebutannya. Misalnya:
perak
(logam) : perak (terpinga-pinga)
semak
(kaji) : semak (kusut)
2.
Homofon
Homofon
ialah bentuk kata yang sama sebutannya tetapi berlainan ejaannya. Misalnya:
golongan
(kumpulan) : gulungan (benda yang dilipat hingga berbentuk bulat panjang)
3. Homonym
Homonym
adalah tuisan sama, ucapan sama beda makna. Misalnya : bisa (dapat) : bias
(racun ular)
Kata
Berimbuhan
Kata
berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi).
Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk
dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata
berimbuhan atau kata turunan.
1.
Jenis-jenis Imbuhan
Imbuhan menurut posisinya terbagi ke dalam empat bentuk
a.
Awalan atau prefiks
Contoh: meN-, ber-, di-, ter-, peN-,
per-, se-, dan ke-.
b.
Sisipan atau infiks
Contoh: -el, -er, -e-, dan –in-
c.
Akhiran atau sufiks
Contoh: -kan, -an, -I, dan –nya
d.
Konfiks atau simulfiks :
berupa awalan dan akhiran yang pemakaiannya sekaligus. Contoh: ke-an,
per-an, peN-an, ber-an, dan se-nya.
2.
Fungsi Imbuhan
a.
Membentuk kata benda, yakni
peN-, pe-, per-,
ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas, peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Contoh:
pelaut, penyapu, wartawan, dll.
b.
Membentuk
kata kerja, yakni me-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan,dan di-i. Contohnya:
melaut berlayar, terlihat diminum, bawakan, lempari, menaiki.
c.
Membentuk kata sifat,yakni –I, -wi,-iah, dan
–is. Contohnya: manusiawi, duniawi, ilmiah, agamis
d.
Membentuk kata bilangan yakni se- dan ke-.
Contohnya: sepuluh dan kedua.
Pidato
Pidato
adalah pengungkapan pikiran (pendapat atau gagasan) dengan kata-kata yang
ditunjukan kepada banyak orang.
1. Tujuan pidato yaitu:
a.
Memeberitahukan sesuatu
kepada pendengar
b.
Menghibur pendeengar
c.
Mempengaruhi pendengar
2. Pidato dibagi menjadi 3 bagian
a.
Pendahuluan (pembuka),
berisi sapaan kepada pendengar, ucapan syukur, dan latar belakang masalah
b.
Isi
c.
Penutup, berupa kesimpulan,
saran, dan ucapan terima kasih.
3. Metode berpidato
a.
Metode naskah artinya
pembicara membacakan teks pada waktu berpidato
b.
Metode ekstemporan yaitu
pembicara terlebih dahulu memepersiapkan catatan-catatan penting (kerangka
pidato).
c.
Metode impromptu yaitu
berpidato tanpa persiapan
d.
Metode menghafal.
4. Cara menarik perhatian pendengar
a.
Kuasai bahan pidato
b.
Bahan pidato harus sesuai
c.
Perhatikan penampilan
lahiriah dan penampilan kedalaman ilmu pengetahuan
d.
Usahakan pendengar kagum
e.
Intonasi tidak monoton
f.
Berpidato dengan penuh
semangat dan siapkan humor
g.
Gunakan kalimat efektif dan
menarik
h.
Pandangan harus menyebar ke
seluruh pendengar
5. Beberapa petunjuk untuk memulai pidato
a.
Mulai setenang mungkin
b.
Berpikir positif dan
hilangkan rasa takut
c.
Jangan memulai dengan membaca,
tapi bicaralah secara bebas
d.
Jangan memulai dengan minta
maaf
e.
Berusahalah untuk menarik
perhatian pendengarr
f.
Bernapaslah sedalam-dalamnya
sebelum memulai bicara
g.
Mulailah berbicara jika
seluruh ruangan sudah tenang.
0 comments:
Posting Komentar