Kamis, 30 Mei 2013

Posted by Rivy at 11.12

RAGAM BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan. Jika kita perhatikan pemakaian bahasa Indonesia di dalam masyarakat sangat bervariasi. Variasi ini terdapat pada bunyi bahasa, intonasi, morfologi, pilihan kata ataupun istilah, dan jenis serta bentuk kalimat. Variasi pemakaian bahasa Indonesia ini oleh kelompok masyarakat disebut ragam bahasa. Berikut ini ada beberapa macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai
sudut.
1.      Ragam Bahasa Ditinjau dari Penutur dan Pemakaian Bahasa
Ragam bahasa dapat ditinjau dari segi penutur bahasa dan pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan penutur bahasa dapat pula ditinjau dari segi daerah (dialek), pendidikan ( misalnya orang yang terpelajar dengan orang yang tidak terpelajar), dan sikap penutur (memperhatiakan lawan bicara yang setatus socialnya tinggi atau orang yang lebih tua digunakan bahasa yang layak dan sopan). Ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya dibagi atas tingkat keresmian, bidang kegiatan, sarana, dan gangguan pencampuran. Setiap kegiatan yang dilakukan ada yang bersifat resmi ada pula yang tidak bersifat resmi. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan resmi haruslah ragam resmi pula yang disebut bahasa baku dan kegiatan yang tidak resmi digunakan ragam bahasa nonbaku. Ciri ragam baku ialah tingkat stabilitas yang tinggi tetapi luwes, intelektualisasi dan komunikatif. Ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan, misalnya agama, seni, sastra, ilmu murni, teknologi, dan lain-lain.
Ragam bahasa untuk kegiatan ilmu dan teknologi disebut juga ragam ilmiah. Perbedaan dalam ragam bahasa ini biasanya terdapat pada perbedaan pemakainan istilah. Ragam bahasa berdasarkan sarana adalah ragam lisan dan ragam tulisan. Kedua ragam ini berbeda dalam kelengkapan, kejelasan, dan kecermatan pengungkapan ide. Kalimat dalam ragam lisan sering ideunya tidak utuh. Walaupun demikian, ide tersebut tetap dapat dipahami karena dijelaskan oleh nada, mimik, gerak, serta situasi lingkungan pada waktu ide   cermat, dan fungsi gramatikalnya jelas. Oleh sebab itu, bentuk ragam tulis sering merupakan hasil suntingan beberapa kali.Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering terjadi pencampuran ragam bahasa. Gejala ragam pencampuran itu banyak muncul pada berbagai lapisan penutur Indonesia. Gejala ini juga terlihat dalam pemakaian bahasa Indonesia pada bukubuku, artikel dan karangan ilmiah lainnya. Adanya pencampuran ini pada tulisantulisan ilmiah tidak dapat dibiarkan karena selain menunjukkan ketidakdisiplinan dalam bahasa, dapat juga berakibat pada timbulnya salah penafsiran terhadap ide atau gagasan yang dikemukakan.
2.      Ragam Bahasa untuk Kegiatan Ilmiah
Ragam bahasa yang digunakan untuk kegiatan ilmiah ialah ragam bahasa baku dan sekaligus ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah untuk menghindari salah tafsir baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan  kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan. Ditinjau dari segi penutur/ pemakaian bahasa ragam ilmiah digunakan oleh kelompok masyarakat terpelajar yangcenderung memperhatiakan pemakaian bahasa yang baik (sesuai dengan situasi dan tujuan) dan benar (sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku).
a.      Ciri-Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
1)      Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukkan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2)       Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat dan hanya mengandung satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan menyusun struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3)      Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif) Jadi dapat disimpulkan bahwa unsure kaidah bahasa, pilihan kata, dan ide yang diungkapkan merupakan satu kesatuan yang utuh. Kejelasan dan ketepatan pengungkapan ide sangat bergantung pada keutuhan ketiga unsur tersebut.
b.      Gejala Penggunaan Bahasa Indonesia pada Karangan Ilmiah
Pada sebagian buku, artikel, dan karangan ilmiah lainnya seperti makalah, skripsi, atau tesis masih dijumpai penggunaan bahasa Indonesia yang kurang memadai. Kesalahan bahasa dijumpai pada berbagai aspek linguistik, baik ejaan (penulisan kata atau tanda baca), morfologi (aspek gramatikal dan leksikal), sintaksis (aspek gramatikal dan sintaksis), ataupun paragraf. Gejala kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada karangan ilmiah harus diatasi. Sesuai dengan gagasan yang diungkapkan dalam suatu karangan ilmiah yaitu benar, lugas, dan sistematis

3.      Jenis ragam bahasa
Dittmar (1978) dan Halim (1979) mengemukakan empat buah ragam bahasa yang menyangkut ragam tulisan dan lisan. Salah satu di antara keempat ragama bahasa itu adalah ragam fungsional. Yang dimaksud dengan ragam fungsional atau ragam professional adalah ragam bahasa yang dihubungkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Dalam penggunaannya, bahasa ragam fungsional dihubungkan dengan tingkat keresmian, sehingga dalam kenyataannya antara 2  lain menjelma sebagai bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan (ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pendidikan, ilmu budaya, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu olah raga, ilmu teknik, dan lain-lain). Seperti halnya dengan ragam-ragam bahasa yang lain, ragam bahasa fungsional dapat dikelompokkan menjadi ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Pada dasarnya kedua ragam itu terdiri atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku menurut Halim (1981: 4) adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Kaitannya dengan ragam bahasa lisan dan tulisan bahasa Indonesia, tidak jarang diduga orang bahwa keduanya memiliki kaidah yang sepenuhnya sama, padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian. Ragam bahasa lisan terikat oleh ruang dan waktu, sehingga dalam penggunaannya dengan pertimbangan cirri-ciri nonlinguistiknya, kelengkapan ciri-ciri linguistiknya tidak dituntut sepenuhnya. Lain halnya dengan ragam bahasa tulis, -- ragam bahasa tulis baku tidak terikat oleh ruang dan waktu, sehingga dalam penggunaannya kelengkapan ciri-ciri linguistiknya dituntut sepenuhnya. Ciri-ciri linguistik yang dituntut itu dalam bidang fonologi ragam lisan, misalnya, adanya variasi penggunaan fonem seperti pada kata-kata berikut:
fihak > pihak
ujud > wujud
faham > paham
fikir > pikir


4.      Penggunaan ragam bahasa ilmiah
Penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang khas, yang spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika. Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai 3 kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.

Beberapa Pengertian Mengenai Tata Bunyi
1.      Fonem, Alofon, dan
Fonem adalah bunyi bahasa yang minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Alofon adalah variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti kata.  
2.      Gugus dan Diftong
Gugus adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Diftong adalah gabungan bunyi dalam suatu suku kata dan yang digabungkan adalah vocal.
3.      Fonotaktik
Fonotaktok adalah kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem.
Beberapa Pengertian Mengenai Pembentukan Kata
1.      Morfem, Alomorf, dan (Kata) Dasar
Morfem adalah bentuk kata yang dapat dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai bentuk yang jika dipotong lagi tidak mempunyai makna. Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama.

2.       Analogi
Analogi adalah pola pembentukan kata
3.      Proses Morfofonemik
Proses Morfofonemik adalah proses perubahan bentuk yang di isyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang digabungkan.
4.       Afiks, Prefiks, Sufiks, Infiks, dan Konfiks
Afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Prefiks adalah  afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu kata dasar.  Sufiks adalah morfem terikat yang digunakan dibagian belakang kata.  Infiks adalah afiks yang diselipkan ditengah kata dasar.  Konfiks adalah gabungan prefix dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan.
5.      Afiks Homofon
Afiks homofon adalah afiks yang wujud atau bunyinya sama tetapi merupakan dua morfem atau lebih yang berbeda.
6.      Verba Transitif dan Taktransitif
Verba Transitif adalah kata kerja yang menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau entitas: manusia, binatang, atau hal yang dapat menjadi titik tolak untuk memeriksa peristiwa itu baik dengan menggunakan verba aktif maupun verba pasif. Verba Taktransitif adalah kata kerja yang tidak dapat objek.
7.      Keanggotaan Ganda
Keanggotaan ganda adalah kata yang termasuk dalam dua kelas atau lebih.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif  ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiriatas kata kata yang mempunyai unsure SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/penulis.
1.      Ciri-Ciri Kalimat Efektif
a.       Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
b.      Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
c.       Menggunakan diksiyang tepat.
d.      Menggunakankesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logisdansistematis.
e.       Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
f.       Melakukan penekanan ide pokok.
g.      Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
h.      Menggunakan variasi struktur kalimat.
2.      Pengguaan Kalimat Efektif
Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya. Kalimat efektif berbeda dengan kalmia yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
3.      Syarat-Syarat Kalimat Efektif
a.       Kelogisan
1)      Kalimat pasif dan aktif harus jelas
2)      Subjek dan keterangan harus jelas
3)      Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
4)      Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
5)      Subjek tidak ganda
6)      Predikat tidak didahului kata yang
b.      Kepararelan
Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.
Contoh:     Harga minyak disesuaikan atau kenaikanitu secara wajar.
Hargaminyak disesuaikan atau dinaikansecara wajar
c.       Ketegasan
1)      Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan diawal kalimat. Contoh : Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.
2)      Membuat urutan yang logis.
Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, edang, dan besar; anak-anak,remaja dan orang tua, dsb.
Contoh:. Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja,orang tua bahkan kakek-kakek.
d.      Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat,tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi. Caranya :
1)      Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.
2)      Menghindarkan pemakaian super ordinat pada hiponimi kata.
3)      Menghindarkan kesinoniman kata dalamkalimat.
e.       Ketepatan
Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
1)      Pemakaian kata harus tepat
2)      Kata berpasangan harus sesuai
3)      Menghindari peniadaan preposisi.
f.       Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
1)      Hindari penanggalan awalan
2)      Hindari peluluhan bunyi/ c /
3)      Hindari bunyi/ s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
4)      Hindari pemakaian kata ambigu
g.      Kepaduan
Kepaduanialahinformasiyang disampaikanitutidakterpecah-pecah.
1)      Kallimat tidakbertele-tele dan harus sistematis.
2)      Kalimatyang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atauaspek-verbal-pasien.
3)      Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.
h.      Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yangsama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Contoh:Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang,busuknya makanan,  dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.
ü  Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.
Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak parallel dengan kata kehilangan dan kerusakkan ,maka dua kata  tersebut disejajarkan menjadi kebusukkan dan kematiaan.
i.         Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
1)      Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal.
2)      Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek.
3)      Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
4)      Keterangan
Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.
Diksi atau Pilihan Kata
Gorys Keraf (2002) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi. Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata –kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk  yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatubahas adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

1.      FungsiDiksi
a.       Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b.      Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
c.       Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d.      Menciptakan suasana yang tepat.
e.       Mencegah perbedaan penafsiran.
f.       Mencegah salah pemahaman.
g.      Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
2.      Diksi dan Penerapannya
Diksi:

a.       Ketetapan
1)      Makna
2)      Logika
3)      SamaMaksud
b.      Kesesuaian
1)      Cocok dengan konteks sosial
3.      Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah kata yang rujukannya tunggal atau makna kata yang sebenarnya, makna yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk memberikan makna tambahan. Makna konotasi adalah mana yang mengandung asosiasi-asosiasi tambahan.
4.      Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah pahamdalam pemaknaan. Makin sempit ruangl ingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salahpaham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. Contoh kata berjalan perlahan-lahan lebih umum disbanding dengan tertatih-tatih.
5.      Jargon dan Slang
Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu.Kata-kata ini merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, HO,dan sebagainya. Contoh Slang: asoy, manatahan, belum tahu, dia, dan sebagainya (bersifatsementara)
Homonim dan Kehomoniman
Homonim ialah kata yang sama ejaan dan/atau sebutannya, tetapi mempunyai makna yang berbeza. Homonim dapat terdiri daripada homograf atau homofon.
1.      Homograf
Homograf ialah bentuk kata yang sama ejaan tetapi mungkin lain sebutannya. Misalnya:
perak (logam) : perak (terpinga-pinga)
semak (kaji) : semak (kusut)
2.      Homofon
Homofon ialah bentuk kata yang sama sebutannya tetapi berlainan ejaannya. Misalnya:
golongan (kumpulan) : gulungan (benda yang dilipat hingga berbentuk bulat panjang)
3.      Homonym
Homonym adalah tuisan sama, ucapan sama beda makna. Misalnya : bisa (dapat) : bias (racun ular)
Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi). Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.
1.      Jenis-jenis Imbuhan
Imbuhan menurut posisinya terbagi ke dalam empat bentuk
a.        Awalan atau prefiks
Contoh: meN-, ber-, di-, ter-, peN-, per-, se-, dan ke-.
b.       Sisipan atau infiks
Contoh: -el, -er, -e-, dan –in-
c.        Akhiran atau sufiks
Contoh: -kan, -an, -I, dan –nya
d.      Konfiks atau simulfiks : berupa awalan dan akhiran yang pemakaiannya sekaligus. Contoh: ke-an, per-an, peN-an, ber-an, dan se-nya.
2.      Fungsi Imbuhan
a.       Membentuk kata benda, yakni
peN-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas, peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Contoh: pelaut, penyapu, wartawan, dll.
b.       Membentuk kata kerja, yakni me-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan,dan di-i. Contohnya: melaut berlayar, terlihat diminum, bawakan, lempari, menaiki.
c.       Membentuk kata sifat,yakni –I, -wi,-iah, dan –is. Contohnya: manusiawi, duniawi, ilmiah, agamis
d.      Membentuk kata bilangan yakni se- dan ke-. Contohnya: sepuluh dan kedua.
Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran (pendapat atau gagasan) dengan kata-kata yang ditunjukan kepada banyak orang.
1.      Tujuan pidato yaitu:
a.       Memeberitahukan sesuatu kepada pendengar
b.      Menghibur pendeengar
c.       Mempengaruhi pendengar
2.      Pidato dibagi menjadi 3 bagian
a.       Pendahuluan (pembuka), berisi sapaan kepada pendengar, ucapan syukur, dan latar belakang masalah
b.      Isi
c.       Penutup, berupa kesimpulan, saran, dan ucapan terima kasih.
3.      Metode berpidato
a.       Metode naskah artinya pembicara membacakan teks pada waktu berpidato
b.      Metode ekstemporan yaitu pembicara terlebih dahulu memepersiapkan catatan-catatan penting (kerangka pidato).
c.       Metode impromptu yaitu berpidato tanpa persiapan
d.      Metode menghafal.
4.      Cara menarik perhatian pendengar
a.       Kuasai bahan pidato
b.      Bahan pidato harus sesuai
c.       Perhatikan penampilan lahiriah dan penampilan kedalaman ilmu pengetahuan
d.      Usahakan pendengar kagum
e.       Intonasi tidak monoton
f.       Berpidato dengan penuh semangat dan siapkan humor
g.      Gunakan kalimat efektif dan menarik
h.      Pandangan harus menyebar ke seluruh pendengar
5.      Beberapa petunjuk untuk memulai pidato
a.       Mulai setenang mungkin
b.      Berpikir positif dan hilangkan rasa takut
c.       Jangan memulai dengan membaca, tapi bicaralah secara bebas
d.      Jangan memulai dengan minta maaf
e.       Berusahalah untuk menarik perhatian pendengarr
f.       Bernapaslah sedalam-dalamnya sebelum memulai bicara
g.      Mulailah berbicara jika seluruh ruangan sudah tenang.

0 comments:

Posting Komentar

 

BLUE BUTTERFLY Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting